file heri
menulis dan menyimpan itu adalah langkah yang terbaik
Entri Populer
Jumat, 20 September 2019
Selasa, 26 Januari 2016
Minggu, 24 Januari 2016
Cara mengubah CDMA Ke GSM & Sebaliknya andromax c3
Cara mengubah CDMA Ke GSM & Sebaliknya
tutorial ini buat bikin Andromax c3 agan jadi gsm - gsm.
Rules :
- hh harus udah keadaan diroot
- hh udah terpasang cwm atau nggak juga tidak apa-apa
- Backup dulu Sebelum praktik
- BACA DULU SAMPAI SELESAI !!
Bahan :
- root explorer
Link : download
Link : download
- CtRoamingSettings.apk (kalau yang pakai stockrom tidak usah download ini)
+ apk only : download
+ instal lewat cwm : download
+ pilih satu ctroaming yang ada diatas, kalau agan pilih yang zip tinggal instal lewat cwm dan tidak perlu download root explorer. Kalo agan pilih yang apk nya, agan harus manual mindahin ctroaming.apk nya ke system.
================>>>
Langkah1 (buat yang pake stockrom) :
1. buka root explorer masuk ke folder vendor/chinatelecom/system/app cari ctroamingsetting.apk.
2. copy file ctroamingsetting.apk nya ke folder system/app ubah permissionnya jadi rw-r-r.
3. reboot hh (pasang kartu gsm nya ke sim 1).
4. kalau udah reboot, buka aplikasi Roaming Settings > (pastikan agan ada di tab Sub1) pilih Manual Network Select > GSM select, otomatis ctroaming akan mendeteksi provider pada kartu gsm nya proses ini agak lama :)
5. Selesai
Langkah2 (buat yang udah ganti rom alias bukan stockrom lagi) :
1. Download ctroamingnya.
2. lalu push ctRoamingSetting.apk ke folder system/app/ pake root explorer, terus ubah permissionnya jadi rw-r-r. *kalo agan udah instal ctroamingnya lewat cwm, lewati langkah ini
3. reboot hh (pasang kartu gsm nya ke sim 1).
4. kalau udah reboot, buka aplikasi Roaming Settings > (pastikan agan ada di tab Sub1) pilih Manual Network Select > GSM select, otomatis ctroaming akan mendeteksi provider pada kartu gsm nya, proses ini agak lama :)
7. Selesai
Note :
+ kalo udah bosen pakai gsm di sim1 nya alias pengen pindah lagi ke cdma, agan tinggal masukin kartu cdma nya ke sim1 lalu ikutin langkah no.6 tapi yang dipilih "CDMA select" BUKAN GSM Select.
+ kalo belum bisa dual gsm, timpa pake patch ini instal lewat cwm : download
+ kehilangan sinyal cdma, pake patch ini instal lewat cwm : download
BUG :
tidak ditemukan bug !
JANGAN LUPA BACKUP BUAT JAGA" !!
JANGAN LUPA BACKUP BUAT JAGA" !!
JANGAN LUPA BACKUP BUAT JAGA" !!
Tested :
- rom lollypop v2
- stockrom
- ditunggu laporan nya ..
makasih :D
Senin, 15 September 2014
Minggu, 09 Maret 2014
Dalil
Qath’I adalah setiap nash yang mempunyai makna secara pasti dan jelas (tanpa
ta’wil), baik ditinjau dari segi asbabul wurud (sebab turunnya), maupun dari
segi dalalah (penunjukannya).
Contohnya
:Aqimu al-Sholah perintah shalat wajib shalat
Sedangkan dalil Zhanny adalah setiap nash yang mempunyai makna tidak pasti (dugaan) yang masih kemungkinan terjadi proses ta’wil (perubahan), baik dari segi wurud (keberadaannya) maupun dalalah (pemahaman dan penunjukkan maknanya).
àM»s)¯=sÜßJø9$#ur ÆóÁ/utIt £`ÎgÅ¡àÿRr'Î/ spsW»n=rO &äÿrãè%
Artinya : “Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu)
tiga kali quru.(QS. al-Baqarah : 228)
Padahal lafal quru’ itu dalam bahasa Arab mempunyai dua arti yaitu suci dan haid. Sedangkan nash menunjukkan (memberi arti) bahwa wanita-wanita yang ditalak itu menahan diri (menunggu) tiga kali quru’. Maka ada kemungkinan bahwa yang dimaksudkan, adalah tiga kali suci atau tiga kali haid. Jadi ini berarti tidak pasti dalalahnya atas satu makna dari dua makna tersebut. Oleh karena itu para mujtahidin berselisih pendapat bahwa ‘iddah wanita yang ditalak itu Quru’ dapat diartikan suci atau haid.
Selasa, 04 Maret 2014
MENGAPA TAKUT JADI SANTRI
Santri, istilah yang masyhur untuk orang yang masuk ke pondok pesantren. Banyak orang yang menganggap santri itu gaptek, ketinggalan zaman, dan lain sebagainya. Semua itu nggak benar. Di sini, saya Ahmad Arsyad Al-Faruqy, salah satu dari sekian banyak santri dari Ponpes Manba’ul Hikmah Selogiri ingin menepis semua anggapan buruk tentang santri. Baik yang dibilang gaptek, ketiggalan zaman maupun anggapan miring lain.
“SANTRI GAPTEK”, anggapan itu salah total. Buktinya ? santri dari pondok pesantren yang saya tempati sekarang ini. Di ponpes Manba’ul Hikmah ini, ada sebuah lembaga pendidikan di jenjang SMP yang di beri nama SMP Nawa Kartika. Semua siswa di SMP itu adalah santri dari ponpes Manba’ul Hikmah, namun walaupun semua muridnya adalah santri, tetapi nggak ketinggalan dari SMP yang siswanya buka santri. SMP Nawa Kartika yang semua siswanya adalah santri telah meraih banyak prestasi. Di antaranya, juara 1 MTQ tartil dan tilawah Kabupaten Wonogiri, juara 3 Tenis Meja Kabupaten Wonogiri, dan masih banyak lagi yang nggak bisa saya sebutkan satu persatu. Semua siswa jeblosan SMP pondok ini juga mahir mengoperasikan komputer maupun alat elektronik lain dan masih banyak lagi.
Ada juga santri Ponpes Manba’ul Hikmah yang mengikuti program akselerasi di jenjang SMA di SMA N 2 Wonogiri. Total 3 santri yang mengikuti program tersebut, tetapi sekarang tinggal 2 orang karena yang satu orang telah lulus dan masuk di IPB.
Ada juga santri jebolan Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang yang telah membuktikan kepada dunia bahwa santri itu nggak gaptek maupun ketinggalan zaman. Beliau adalah (Alm) KH Abdur Rahman Wahid atau yang terkenal dengan sapaan Gus Dur. Walaupun beliau adalah jebolan pondok pesantren, tetapi beliau dapat membutikan kepada dunia bahwa santri nggak gaptek dengan menjadi salah satu presiden Indonesia.
Zaman sekarang, banyak orang yang nggak mau masuk ke pondok pesantren. Disini pula saya ingin mengajak semua pembaca untuk masuk pesantren. Walaupun masuk pesantren itu jauh dari orang tua, semua serba sendiri, tetapi masuk pesantren itu menyenangkan. Semua pakerjaan dilaksanakan secara bersama-sama. Dari makan, minum, bersih-bersih, dan lain sebagainya.
Kelihatannya memang susah bila masuk pesantren, semua pekerjaan dilakukan secara sendiri, tetapi bila sudah terbiasa maka akan terasa sangat menyanangkan. Di pesantren juga diajarkan bagaimana agar kita banyak sekali ilmu, dari ilmu Al-Qur’an, hadits, dan ilmu sosial lain yang sama dengan pengajaran di sekolah formal. Yang mana ilmu-ilmu tersebut akan sangat bermanfaat bagi kita kelak di masa depan.
Banyak orang tua yang menginginkan anak-anaknya masuk ke pondok pesantren, itu adalah suatu pilihan yang sangat tepat, karena anak yang masuk pesantren akan menjadi orang yang lebih berguna di masa depan. Pada zaman sekarang ini, apabila kita hanya memiliki modal akademis yang hebat tetapi tidak dibalut dengan iman dan taqwa yang kuat pula, maka rusaklah kehidupan kita. Sebagai contoh, Gayus. Dia adalah orang yang secara akademis oarang yang cerdas, tetapi karena kurangnya iman dan taqwa dia menjadi seorang koruptor. Na’udzubillahi min dzalik. Dan di pesantrenlah tempat pembinaan moral yang sangat baik yang akan membina kita membentuk karakter kita dengan karakter yang mencerminkan kuatnya iman dan taqwa. Agar kita kelak menjadi orang yang yang berguna dan tidak menjadi orang yan merugikan untuk orang lain.
Seharusnya kita yang telah ditawari oleh orang tua kita untuk masuk pesantren, kita mengikuti saran mereka. Sebenarnya mereka ingin anak-anaknya menjadi anak yang nggak hanya cerdas dalam akademik, tetapi juga baik dalam akhlak, moral, dan budi pekertinya. Mereka juga ingin anak-anak mereka menjadi anak yan sholeh / sholehah agar selamat hidupnya di dunia dan akhirat.
Jadi, masih takut menjadi santri?
Santri, istilah yang masyhur untuk orang yang masuk ke pondok pesantren. Banyak orang yang menganggap santri itu gaptek, ketinggalan zaman, dan lain sebagainya. Semua itu nggak benar. Di sini, saya Ahmad Arsyad Al-Faruqy, salah satu dari sekian banyak santri dari Ponpes Manba’ul Hikmah Selogiri ingin menepis semua anggapan buruk tentang santri. Baik yang dibilang gaptek, ketiggalan zaman maupun anggapan miring lain.
“SANTRI GAPTEK”, anggapan itu salah total. Buktinya ? santri dari pondok pesantren yang saya tempati sekarang ini. Di ponpes Manba’ul Hikmah ini, ada sebuah lembaga pendidikan di jenjang SMP yang di beri nama SMP Nawa Kartika. Semua siswa di SMP itu adalah santri dari ponpes Manba’ul Hikmah, namun walaupun semua muridnya adalah santri, tetapi nggak ketinggalan dari SMP yang siswanya buka santri. SMP Nawa Kartika yang semua siswanya adalah santri telah meraih banyak prestasi. Di antaranya, juara 1 MTQ tartil dan tilawah Kabupaten Wonogiri, juara 3 Tenis Meja Kabupaten Wonogiri, dan masih banyak lagi yang nggak bisa saya sebutkan satu persatu. Semua siswa jeblosan SMP pondok ini juga mahir mengoperasikan komputer maupun alat elektronik lain dan masih banyak lagi.
Ada juga santri Ponpes Manba’ul Hikmah yang mengikuti program akselerasi di jenjang SMA di SMA N 2 Wonogiri. Total 3 santri yang mengikuti program tersebut, tetapi sekarang tinggal 2 orang karena yang satu orang telah lulus dan masuk di IPB.
Ada juga santri jebolan Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang yang telah membuktikan kepada dunia bahwa santri itu nggak gaptek maupun ketinggalan zaman. Beliau adalah (Alm) KH Abdur Rahman Wahid atau yang terkenal dengan sapaan Gus Dur. Walaupun beliau adalah jebolan pondok pesantren, tetapi beliau dapat membutikan kepada dunia bahwa santri nggak gaptek dengan menjadi salah satu presiden Indonesia.
Zaman sekarang, banyak orang yang nggak mau masuk ke pondok pesantren. Disini pula saya ingin mengajak semua pembaca untuk masuk pesantren. Walaupun masuk pesantren itu jauh dari orang tua, semua serba sendiri, tetapi masuk pesantren itu menyenangkan. Semua pakerjaan dilaksanakan secara bersama-sama. Dari makan, minum, bersih-bersih, dan lain sebagainya.
Kelihatannya memang susah bila masuk pesantren, semua pekerjaan dilakukan secara sendiri, tetapi bila sudah terbiasa maka akan terasa sangat menyanangkan. Di pesantren juga diajarkan bagaimana agar kita banyak sekali ilmu, dari ilmu Al-Qur’an, hadits, dan ilmu sosial lain yang sama dengan pengajaran di sekolah formal. Yang mana ilmu-ilmu tersebut akan sangat bermanfaat bagi kita kelak di masa depan.
Banyak orang tua yang menginginkan anak-anaknya masuk ke pondok pesantren, itu adalah suatu pilihan yang sangat tepat, karena anak yang masuk pesantren akan menjadi orang yang lebih berguna di masa depan. Pada zaman sekarang ini, apabila kita hanya memiliki modal akademis yang hebat tetapi tidak dibalut dengan iman dan taqwa yang kuat pula, maka rusaklah kehidupan kita. Sebagai contoh, Gayus. Dia adalah orang yang secara akademis oarang yang cerdas, tetapi karena kurangnya iman dan taqwa dia menjadi seorang koruptor. Na’udzubillahi min dzalik. Dan di pesantrenlah tempat pembinaan moral yang sangat baik yang akan membina kita membentuk karakter kita dengan karakter yang mencerminkan kuatnya iman dan taqwa. Agar kita kelak menjadi orang yang yang berguna dan tidak menjadi orang yan merugikan untuk orang lain.
Seharusnya kita yang telah ditawari oleh orang tua kita untuk masuk pesantren, kita mengikuti saran mereka. Sebenarnya mereka ingin anak-anaknya menjadi anak yang nggak hanya cerdas dalam akademik, tetapi juga baik dalam akhlak, moral, dan budi pekertinya. Mereka juga ingin anak-anak mereka menjadi anak yan sholeh / sholehah agar selamat hidupnya di dunia dan akhirat.
Jadi, masih takut menjadi santri?
Rabu, 26 Februari 2014
Ulum Al Qur’an dan Pembelajarannya
Tugas
Resume Buku : Ulum Al Qur’an
Dosen : Ust. Nafi’
Dosen : Ust. Nafi’
1. Judul Buku : Ulum Al Qur’an dan Pembelajarannya
2. Tahun Terbit : 2011
3. Penulis : DRA. LILIEK CHANNA AW.,M.AG
H.
Syaiful Hidayat, LC.,M.HI.
4. Penerbit : Kopertais Iv Press
5. Alamat Penerbit : Jl.Jenderal Ahmad Yani No. 117 Surabaya 60237
7. Cetakan : Kedua
8. No.ISBN : 978-602-8786-33-1
4. Penerbit : Kopertais Iv Press
5. Alamat Penerbit : Jl.Jenderal Ahmad Yani No. 117 Surabaya 60237
7. Cetakan : Kedua
8. No.ISBN : 978-602-8786-33-1
Nama Mahasiswa : Heri Siswanto
NIM :
Nomor :
Kelas : B
Jurusan / Prodi : PAI
FAKULTAS TARBIYAH
STAI MA'HAD ALY AL-HIKAM
PENGANTAR
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَـبَ تِبْيَانًا لِّكُلِّ
شَىْءٍ وَهَدَى
وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ
Artinya: Dan
Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan
petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah
diri.(Q.S.An-Nahl 89)
Mempelajari isi
Al-qur’an akan menambah perbendaharaan baru, memperluas pandangan dan
pengetahuan, meningkatkan perspektif baru dan selalu menemui hal-hal yang
selalu baru. Lebih jauh lagi, kita akan lebih yakin akan keunikan isinya yang
menunjukan Maha Besarnya Allah sebagai penciptanya.Firman Allah :
وَلَقَدْ جِئْنَـهُمْ بِكِتَـبٍ فَصَّلْنَـهُ عَلَى
عِلْمٍ هُدًى
وَرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Artinya: Dan
sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al Quran) kepada mereka yang
Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami[546]; menjadi petunjuk
dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.(Q.S.Al-A’raf 52)
Al-Qur’an
diturunkan dalam bahasa Arab. Karena itu, ada anggapan bahwa setiap orang yang
mengerti bahasa Arab dapat mengerti isi Al-qur’an. Lebih dari itu, ada orang
yang merasa telah dapat memahami dan menafsirkan Al-qur’an dengan bantuan
terjemahnya sekalipun tidak mengerti bahasa Arab. Padahal orang Arab sendiri
banyak yang tidak mengerti kandungan Al-Qur’an. Bahkan di antara para sahabat
dan tabi’in ada yang salah memahami Al-Qur’an karena tidak memiliki kemampuan
untuk memahaminya. Oleh karena itu, untuk dapat mengetahui isi kandungan
Al-Qur’an diperlukanlah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana, tata cara
menafsiri Al-Qur’an. Yaitu Ulumul Qur’an atau Ulum at tafsir. Pembahasan
mengenai ulumul Qur’an ini insya Allah akan dibahas secara rinci pada bab-bab
selanjutnya.
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...........................................................................
B. Tujuan .........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Al Qur’an Dan Sejarahnya
Pengertian Al Qur’an Dan Sejarahnya .......................................
B. Ulum Qur’an Dan Sejarahnya
Pengertian Ulum Qur’an Dan Sejarahnya ..................................
C.
Fungsi Al Qur’an
............................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
................................................................................
B. Saran ...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar BelakangDalam pembahasan makalah ini, marilah kita mengenal lebih jauh mengenai Ulumul Qur’an dan faedah-faedahnya.
Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat Jibril sebagai mu’jizat. Al-Qur’an adalah sumber ilmu bagi kaum muslimin yang merupakan dasar-dasar hukum yang mencakup segala hal.
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَـبَ تِبْيَانًا لِّكُلِّ شَىْءٍ وَهَدَى وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِين
Artinya : Kami turunkan kepadamu Al-Kitab untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (Q.S. An-Nahl : 89).
Mempelajari isi Al-Qur’an akan menambah perbendaharaan baru, memperluas pandangan dan pengetahuan, meningkatkan perspektif baru dan selalu menemui hal-hal yang selalu baru. Lebih jauh lagi, kita akan lebih yakin akan keunikan isinya yang menunjukkan Maha Besarnya Allah sebagai penciptanya.
Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab. Oleh karena itu, ada anggapan bahwa setiap orang yang mengerti bahasa Arab dapat mengerti isi Al-Qur’an. Lebih dari itu, ada orang yang merasa telah dapat memahami dan menafsirkan Al-Qur’an dengan bantuan terjemahnya, sekalipun tidak mengerti bahasa Arab. Padahal orang Arab sendiri banyak yang tidak mengerti kandungan Al-Qur’an. Maka dari itu, untuk dapat mengetahui isi kandungan Al-Qur’an diperlukanlah ilmu yang mempelajari bagaimana tata cara menafsiri Al-Qur’an yaitu Ulumul Qur’an dan juga terdapat faedah-faedahnya. Dengan adanya pembahasan ini, kita sebagai generasi islam supaya lebih mengenal Al-Qur’an, karena tak kenal maka tak sayang
Tujuan Masalah
Adapun tujuan
dari penulisan makalah ini adalah :
- Untuk mengetahui pengertian Ulum, Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an
- Untuk mengetahui pendapat para ulama’
- Untuk mengetahui pembagian dan perinciannya
- Untuk mengetahui contoh-contohnya
- Untuk mengetahui sejarah perkembangannya
- Untuk mengetahui faedah-faedahnya
- Untuk mengetahui tokoh-tokoh ahli tafsir
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Al-Qur’an
Menurut etimologi:
Al-Qur’an berasal dari kata Qa-ra-a (قرأ) artinya membaca, maka
perkataan itu berarti “bacaan”. Maksudnya, agar ia menjadi bacaan atau
senantiasa dibaca oleh segenap bangsa manusia terutama oleh para pemeluk agama
Islam.[1][1]
Para ulama berbeda
pendapat mengenai lafadz Al-Qur’an. Sebagian berpendapat, penulisan lafadz
tersebut dibubuhi huruf hamzah (dibaca Al-Qur’an). Pendapat lain mengatakan
penulisannya Zdari akar kata apapun) dan bukan pula berhamzah (tanpa tambahan
huruf hamzah di tengahnya, jadi dibaca Al-Qur’an). Lafadz tersebut sudah lazim
digunakan dalam pengertiannya kalamullah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Jadi menurut Al-Syafi’i, lafadz tersebut bukan berasal
dari akar kata Qa-ra-a (membaca),
sebab kalau akar katanya Qa-ra-a,
maka tentu setiap sesuatu yang dibaca dapat dinamai Al-Qur’an. Lafadz tersebut
memang nama khusus bagi Al-Qur’an, sama halnya dengan nama Taurat dan Injil.
a.
Al-Fara’ berpendapat, lafadz Al-Qur’an adalah pecahan (musytaq)
dari kata Qara’in (kata jamak Qarinah) yang berarti bermakna: kaitan,
karena ayat-ayat Al-Qur’an satu sama lain saling berkaitan. Karena itu jelaslah
bahwa huruf “nun” pada akhir lafadz Al-Qur’an adalah huruf asli, bukan
huruf tambahan.
b.
Al-Asy’ari dan para pengikutnya mengatakan, lafadz Al-Qur’an adalah
musytaq (pecahan) dari akar kata Qarn.
Ia mengemukakan contoh kalimat Qarnusy-syai
bisy-syai (menggabungkan sesuatu dengan sesuatu). Jadi kata Qarn dalam hal itu bermakna: gabungan
atau kaitan, karena surat-surat dan ayat-ayat di dalam Al-Qur’an saling
bergabung dan saling berkaitan.
Tiga pendapat di atas (Al-Syafi’i, Al-Fara’, dan
Al-Asy’ari) cukuplah sebagai contoh untuk menarik kesimpulan bahwa
lafadz Al-Qur’an (tanpa huruf hamzah di tengahnya) jauh dari kaidah pemecahan
kata (isytiqaq) dalam bahasa Arab. Di antara para ulama yang berpendapat
bahwa lafadz Al-Qur’an ditulis dengan tambahan huruf hamzah di tengahnya ialah Al-Zajjaj[2][2], Al-Lihyani[3][3] serta jama’ah lainnya.
a.
Al-Zajjaj: lafadz Al-Qur’an ditulis dengan huruf hamzah di
tengahnya berdasarkan pola-kata (Wazn)
Fu’lan. Lafadz tersebut pecahan (musytaq)
dari akar kata Qar’un yang berarti Jam’un. Ia mengetengahkan contoh kalimat
Quri’al Ma’u fil-Haudhi yang berarti:
air dikumpulkan dalam kolam. Jadi dalam kalimat itu kata Qar’un bermakna Jam’un
yang dalam bahasa Indonesia bermakna “kumpul”. Alasannya Al-Qur’an
“mengumpulkan” atau menghimpun intisari kitab-kitab suci terdahulu.
b.
Al-Lihyani: lafadz Al-Qur’an ditulis dengan huruf hamzah di
tengahnya berdasarkan pola-kata Ghufran
dan merupakan pecahan (musytaq) dari akar kata Qa-ra-a yang bermakna Tala’
(membaca). Lafadz Al-Qur’an digunakan untuk menamai sesuatu yang dibaca, yakni
objek, dalam bentuk mashdar.
Pendapat yang belakangan
lebih kuat (pendapat Al-Lihyani, red) dan lebih tepat karena
dalam bahasa Arab, lafadz Al-Qur’an adalah bentuk mashdar yang maknanya sinonim
dengan Qira’ah, yakni “bacaan”.
Sebagai contoh, firman Allah SWT dalam QS. Al-Qiyamah: 17-18.
إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ ﴿۱۷﴾
فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ ﴿۱٨﴾
“Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya (di dadamu) dan
(membuatmu pandai) membacanya (17). Apabila Kami telah
selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu”(18). (Al-Qiyamah: 17-18).[4][4]
Sedangkan
menurut terminologi Al-Qur’an adalah kalam Allah yang merupakan mukjizat[5][5], yang diturunkan melalui
perantaraan malaikat Jibril ke dalam
kalbu Rasulullah SAW, sebagaimana Firman Allah SWT:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ تَنْزِيلاً ﴿۲۳﴾
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur’an kepadamu (hai Muhammad)
dengan berangsur-angsur.” (Al-Insan: 23)
Dan dengan menggunakan
bahasa Arab. Sebagaimana dalam Firman Allah SWT:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ
تَعْقِلُونَ
﴿۲﴾
“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.” (QS. Yusuf: 2).
dan disertai dengan kebenaran agar dijadikan hujjah (argumentasi) dalam hal
pengakuannya sebagai Rasul, dan agar dijadikan sebagai dustur (undang-undang) bagi seluruh umat manusia, yang abadi, untuk
kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat,[6][6] di samping merupakan amal
ibadah jika membacanya. Al-Qur’an juga di-tadwin-kan
di antara dua ujung, yang dimulai dari surat Al-Fatihah, dan ditutup dengan surat Al-Nas, dan sampai kepada Kita secara tertib dalam bentuk tulisan
(Mushaf) maupun lisan dalam keadaan utuh atau terpelihara dari perubahan
dan pergantian, sekaligus dibenarkan oleh Allah SWT, di dalam firman-Nya.[7][7] Definisi ini selaras
dengan apa yang diberikan oleh Ahli Ushul.[8][8]
Dalam Kitab Manna’ul-Qaththan
mabahits fi ulumil-Qur’an[9][9], yang dimaksud Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada
Muhammad SAW dan membacanya adalah ibadah.[10][10]
Definisi lain mengenai
Al-Qur’an juga dikemukakan oleh Al-Zarqani. Menurut Al-Zarqani, Al-Qur’an itu
adalah lafal yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dari permulaan surat
Al-Fatihah sampai akhir surat Al-Naas.[11][11]
Sedangkan Abdul Wahhab
Khallaf memberikan definisi mengenai Al-Qur’an, yaitu firman Allah yang
diturunkan kepada hati Rasulullah; Muhammad bin Abdullah melalui Al-Ruhul
Amin (Jibril As) dengan lafal-lafalnya yang berbahasa Arab dan maknanya
yang benar, agar ia menjadi hujjah bagi Rasul, bahwa ia benar-benar Rasulullah,
menjadi undang-undang bagi manusia, memberi petunjuk kepada mereka, dan menjadi
sarana pendekatan diri dan ibadah kepada Allah dengan membacanya. Al-Qur’an itu
terhimpun dalam mushaf, dimulai dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan
surat Al-Nas, disampaikan kepada kita secara mutawatir[12][12] dari generasi ke generasi secara tulisan maupun lisan. Ia terpelihara dari
perubahan atau pergantian.[13][13]
Sejarah
Perkembangan Ulumul Qur’anSebagai ilmu yang terdiri dari berbagai cabang dan macamnya, Ulumul Qur’an tidak lahir sekaligus. Ulumul Qur’an menjelma menjadi suatu disiplin ilmu melaui proses pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan kebutuhan dan kesempatan untuk membenahi Al-Qur’an dari segi keberadaanya dan segi pemahamannya.
Di masa Rasul SAW dan para shahabat, Ulumul Qur’an belum dikenal sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri dan tertulis. Para shahabat adalah orang-orang Arab asli yang dapat merasakan struktur bahasa Arab yang tinggi dan memahami apa yang diturunkan kepada Rasul dan bila menemukan kesulitan dalam memahami ayat-ayat tertentu, mereka dapat menanyakan langsung kepada Rasul SAW.
Di zaman Khulafaur Rasyidin sampai Dinasti Umayyah, wilayah islam bertambah luas sehingga terjadi pembaruan antara orang Arab dan bangsa-bangsa yang tidak mengetahui bahasa Arab. Keadaan demikian menimbulkan kekhawatiran shahabat akan tercemarnya keistimewaan bahasa Arab, bahkan dikhawatirkan tentang bacaan Al-Qur’an yang menjadi sebuah standar bacaan mereka. Untuk mencegah kekhawatiran itu, disalinlah dari tulisan-tulisan asli Al-Qur’an yang disebut dengan Mushaf Imam. Dan dari salinan inilah suatu dasar Ulumul Qur’an disebut Al-Rasm Al-Utsmani.
Kemudian Ulumul Qur’an memasuki masa pembukuannya pada abad ke-2 H. Para ulama’ memberikan prioritas perhatian mereka terhadap ilmu tafsir karena fungsinya sebagai umm al-ulum al-qur’aniyyah. Sampai saat ini bersamaan dengan masa kebangkitan modern dalam perkembangan ilmu-ilmu agama, para ulama’ masih memperhatikan akan ilmu Qur’an ini. Sehingga tokoh-tokoh ahli tafsir (Qur’an) masih banyak hingga saat ini di seluruh dunia.
C. Fungsi Al Qur’an
Al
–Qur’an sebagai kitab yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW sebagai tanda
kerosulannya, yaitu member petunjuk sebagaimana tercantum di antaranya dalam
firman Alloh Q.S. al –baqarah (2) :185 dan pada surah al-isra’ (17):9. Sesungguhnya
Allah tidak menurunkan Al Qur'an hanya sekedar mencari berkah dari membacanya,
menjadi hiasan didinding rumah ataupun untuk dibacakan kepada orang yang
meninggal dengan harapan mereka mendapat rahmat dari Allah.
Sesungguhnya Allah menurunkan Al Qur'an untuk memastikan
petunjuknya bagi perjalanan hidup manusia, sehingga kehidupan manusia bisa
diatur dengan petunjuk dan agama yang diturunkan Allah dengan cahaya
petunjuk-Nya. Allah memberi petunjuk kepada umat manusia dengan jalan yang
lurus, mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya terang-benderang.
Al Qur'an tidak diturunkan oleh Allah untuk dibacakan kepada
orang-orang yang meninggal dunia tetapi terlebih dijadikan sebagai sumber hukum
bagi oarang-orang yang hidup didunia. Al Qur'an tidak untuk dijadikan hiasan
dinding melainkan dijadikan hiasan di hati manusia agar berakhlak lebih baik.
Sedangkan berkah yang diberikan Al Qur'an akan muncul ketika kita
mengamalkannya, seperti yang difirmankan Allah:
"Dan Al-Quran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang
diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat".
(Terjemahan Al An'aam : 155)
Al Quran juga menunjukkan sendiri berbagai tujuan diturunkan-Nya
yaitu untuk diamalkan dalam kehidupan di dunia seperti Firman-Nya:
"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti
kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan
kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Quran) (Terjemahan An-Nissa 174)
Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus (Terjemahan Al Maidah : 15-16)
"Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqon (Al-Qur’an) kepada hambaNya, agar menjadi peringatan kepada seluruh alam” (Terjemahan QS Furqon: 1)
Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus (Terjemahan Al Maidah : 15-16)
"Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqon (Al-Qur’an) kepada hambaNya, agar menjadi peringatan kepada seluruh alam” (Terjemahan QS Furqon: 1)
Dan sedikit gambaran tentang fungsi Al Qur'an, dari sudut isi atau
substansinya, fungsi Al-Qur’an sebagai tersurat dalam nama-namanya adalah
sebagai berikut:
1. AL-HUDA (petunjuk)
Petunjuk dalam Al Qur'an ada 3 kategori:
Pertama: bagi manusia secara umum
Allah Ta'ala Berfirman: "bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu..." (Al Baqarah 185)
Kedua: petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa
Allah Ta'ala berfirman: "(Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa" (Ali Imran 138)
Ketiga: petunjuk bagi orang-orang yang beriman
Allah Ta'ala berfirman: "Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan (Fushshilat 44)
2. AL-FURQON (pemisah)
Al qur'an Adalah yang membedakan antara yang hak dan bathil
Allah Ta'ala berfirman: "Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)..." (Al Baqarah 185)
3. AL-SYIFA (Obat)
Al-Qur’an dikatakan bahwa ia berfungsi sebagai obat bagi penyakit yang ada di dalam dada. (psykologis)
Allah Ta'ala berfirman: "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman." (Yunus 57)
4. Al MAU’IDZOH (nasehat)
Al-Qur’an dikatakan bahwa ia berfungsi sebagai nasehat bagi orang-orang bertaqwa.
Allah Ta'ala berfirman: "(Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa" (Ali Imran 138)
1. AL-HUDA (petunjuk)
Petunjuk dalam Al Qur'an ada 3 kategori:
Pertama: bagi manusia secara umum
Allah Ta'ala Berfirman: "bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu..." (Al Baqarah 185)
Kedua: petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa
Allah Ta'ala berfirman: "(Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa" (Ali Imran 138)
Ketiga: petunjuk bagi orang-orang yang beriman
Allah Ta'ala berfirman: "Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan (Fushshilat 44)
2. AL-FURQON (pemisah)
Al qur'an Adalah yang membedakan antara yang hak dan bathil
Allah Ta'ala berfirman: "Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)..." (Al Baqarah 185)
3. AL-SYIFA (Obat)
Al-Qur’an dikatakan bahwa ia berfungsi sebagai obat bagi penyakit yang ada di dalam dada. (psykologis)
Allah Ta'ala berfirman: "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman." (Yunus 57)
4. Al MAU’IDZOH (nasehat)
Al-Qur’an dikatakan bahwa ia berfungsi sebagai nasehat bagi orang-orang bertaqwa.
Allah Ta'ala berfirman: "(Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa" (Ali Imran 138)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan
yang telah disebutkan dapat disimpulkan bahwa secara terminologi, Ulumul Qur’an
adalah kumpulan sejumlah ilmu yang berhubungan dengan Al-Qur’an yang mempunyai
ruang lingkup pembahasan yang luas. Pertumbuhan dan perkembangan Ulumul Qur’an
menjelma menjadi suatu disiplin ilmu melalui proses secara bertahap dan sesuai
dengan kebutuhan dan kesempatan untuk membenahi Al-Qur’an dari segi keberadaan
dan pemahamannya. Jadi, Al-Qur’an adalah pedoman hidup bagi manusia yang
disajikan dengan status sastra yang tinggi. Kitab suci ini sangat berpengaruh
terhadap kehidupan manusia semenjak Al-Qur’an diturunkan, terutama terhadap
ilmu pengetahuan, peradaban serta akhlak manusia.
Saran
Demikianlah
tugas penyusunan makalah ini kami persembahkan. Harapan kami dengan adanya
tulisan ini bisa menjadikan kita untuk lebih menyadari bahwa agama islam
memiliki khazanah keilmuan yang sangat dalam untuk mengembangkan potensi yang
ada di alam ini dan merupakan langkah awal untuk membuka cakrawala keilmuan
kita, agar kita menjadi seorang muslim yang bijak sekaligus intelek. Serta
dengan harapan dapat bermanfaat dan bisa difahami oleh para pembaca. Kritik dan
saran sangat kami harapkan dari para pembaca, khususnya dari dewan guru yang
telah membimbing kami dan para siswa demi kesempurnaan makalah ini. Apabila ada
kekurangan dalam penyusunan makalah ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahid
Ramli, Drs.2002.Ulumul Qur’an. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Abdul, Halim
M.1999. Memahami Al-Qur’an. Bandung : Marja’
Anwar,
Rosihan.2006.Ulumul Qur’an. Bandung : Pustaka Setia
Nata,
Abuddin.1992.Al-Qur’an dan Hadits. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Shaleh,
K.H.1992. Asbabun Nuzul. Bandung : C.V Diponegoro
Zuhdi,
Masfuk.1997. Pengantar Ulumul Qur’an. Surabaya : Karya Abditama
No related
posts.
- Arti Kata ‘Ulum
Secara etimologi, kata Ulumul Qur’an
berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata, yaitu “Ulum” dan
“Al-Qur’an”. Kata ulum adalah bentuk jamak dari kata “ilmu” yang berarti
ilmu-ilmu. Kata ulum yang disandarkan pada kata Al-Qur’an telah memberikan
pengertian bahwa ilmu ini merupakan kumpulan sejumlah ilmu yang berhubungan
dengan Al-Qur’an, baik dari segi keberadaanya sebagai Al-Qur’an maupun dari
segi pemahaman terhadap petunjuk yang terkandung di dalamnya. Untuk lebih
memahami pengertian ilmu secara jelas, mari kita simak pendapat-pendapat di
bawah ini :
- Menurut para ahli filsafat, kata ilmu sebagai gambaran sesuatu yang terdapat dalam akal.
- Menurut Abu Musa Al-Asy’ari, ilmu ialah sifat yang mewajibkan pemiliknya mampu membedakan dengan panca indranya.
- Menurut Imam Ghazali, secara umum arti ilmu dalam istilah syara’ adalah ma’rifat Allah terhadap tanda-tanda kekuasaan, perbuatan, hamba-hamba dan makhluk-Nya.
- Menurut Muhammad Abdul ‘Adzhim, ilmu menurut istilah adalah ma’lumat-ma’lumat yang dirumuskan dalam satu kesatuan judul atau tujuan.
Dari beberapa pengertian di atas,
dapat disimpulkan bahwa kata “ulum / ilmu” adalah masalah-masalah yang telah
dirumuskan dalam satu disiplin pengetahuan yang terdapat dalam akal pikiran.
- Arti Kata Al-Qur’an
Menurut bahasa, kata “Al-Qur’an”
merupakan bentuk mashdar yang maknanya sama dengan kata “qira’ah” yaitu bacaan.
Bentuk mashdar ini berasal dari fi’il madli “qoro’a” yang artinya membaca.
Menurut istilah, “Al-Qur’an” adalah
firman Allah yang bersifat mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, yang
tertulis dalam mushaf-mushaf, yang dinukil dengan jalan mutawatir dan yang
membacanya merupakan ibadah. Untuk lebih memahami pengertian Al-Qur’an secara
jelas, mari kita simak pendapat-pendapat di bawah ini :
- Menurut Manna’ Al-Qathkan, Al-Qur’an adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan orang yang membaca akan memperoleh pahala.
- Menurut Al-Jurjani, Al-Qur’an adalah wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah yang ditulis dalam mushaf dan diriwayatkan secara mutawatir (berangsur-angsur).
- Menurut kalangan pakar ushul fiqih, fiqih, dan bahasa Arab, Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya, lafadz-lafadznya mengandung mu’jizat, membacanya bernilai ibadah, diturunkan secara mutawatir dan ditulis dari surat Al-Fatihah sampai akhir surat yaitu An-Nas.
Dari beberapa pengertian di atas,
dapat disimpulkan bahwa kata “Al-Qur’an” adalah firman Allah yang bersifat
mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat
Jibril yang tertulis dalam mushaf-mushaf yang dinukil kepada kita secara
mutawatir, membacanya bernilai ibadah, yang diawali dengan surat Al-Fatihah dan
diakhiri dengan surat An-Nas.
- Arti Kata Ulumul Qur’an
Setelah membahas kata “ulum” dan
“Al-Qur’an” yang terdapat dalam kalimat “Ulumul Qur’an”, perlu kita ketahui
bahwa tersusunnya kalimat tersebut mengisyaratkan bahwa adanya bermacam-macam
ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan Al-Qur’an atau pembahasan-pembahasan
yang berhubungan dengan Al-Qur’an, baik dari aspek keberadaannya sebagai
Al-Qur’an maupun aspek pemahaman kandungannya sebagai pedoman dan petunjuk bagi
manusia.
2.2. Pendapat Para Ulama’
- Definisi Ulumul Qur’an
Secara terminologi terdapat berbagai
pendapat para ulama’ terhadap definisi Ulumul Qur’an, antara lain :
- Menurut As-Suyuthi dalam kitab Itmamu Al-Dirayah mengatakan bahwa Ulumul Qur’an adalah ilmu yang membahas tentang keadaan Al-Qur’an dari segi turunnya, sanadnya, adab makna-maknanya, baik yang berhubungan dengan lafadz-lafadznya maupun hukum-hukumnya.
- Al-Zarqany dalam kitab Manahilul Itfan Fi Ulumil Qur’an mengatakan bahwa Ulumul Qur’an adalah beberapa pembahasan yang berhubungan dengan Al-Qur’an dari turunnya, urutannya, pengumpulannya, penulisannya, bacaannya, penafsirannya, kemu’jizatannya, nasikh mansukhnya, penolakan hal-hal yang bisa menimbulkan keraguan terhadapnya.
- Ruang Lingkup Pembahasan Al-Qur’an
Para ulama’ berbeda pendapat
mengenai ruang lingkup pembahasan Ulumul Qur’an, diantaranya adalah :
- As-Suyuthi dalam kitab Al-Itqan menguraikan sebanyak 80 cabang ilmu. Dari tiap-tiap cabang terdapat beberapa macam cabang ilmu.
- Abu Bakar Ibnu Al-Araby mengatakan bahwa Ulumul Qur’an terdiri dari 77.450 ilmu. Hal ini didasarkan pada jumlah kata yang terdapat dalam Al-Qur’an dengan dikalikan empat. Sebab setiap kata dalam Al-Qur’an mengandung makna dzhohir, bathin, terbatas dan tidak terbatas, serta dilihat dari sudut mufrodnya.
- Sebagian jumhur ulama’ berpendapat, objek pembahasan Ulumul Qur’an yang mencakup berbagai segi kitab Al-Qur’an berkisar antara ilmu-ilmu bahasa Arab dan pengetahuan agama islam.
- M. Hasbi Ash-Shiddiqy berpendapat, ruang lingkup pembahasan Ulumul Qur’an terdiri atas 6 hal pokok :
- Persoalan turunnya Al-Qur’an
- Persoalan sanadnya
- Persoalan qira’atnya
- Persoalan kata-kata Al-Qur’an
- Persoalan makna-makna Al-Qur’an yang berkaitan dengan hukum
- Persoalan makan Al-Qur’an yang berpautan dengan kata-kata Al-Qur’an
2.3. Pembagian dan Perincian Ulumul
Qur’an
Secara garis besar, Ulumul Qur’an
terbagi menjadi 2 pokok bahasan, yaitu :
- Ilmu yang berhubungan dengan riwayat semata-mata, seperti ilmu yang membahas tentang macam-macam bacaan, tempat turun ayat-ayat Al-Qur’an, waktu-waktu turunnya dan sebab-sebabnya.
- Ilmu yang berhubungan dengan dirayah, yaitu ilmu yang diperoleh dengan jalan penelaahan secara mendalam, seperti memahami lafadz yang ghorib (asing) serta mengetahui makna ayat-ayat yang berhubungan dengan hukum.
Segala macam pembahasan Ulumul
Qur’an itu kembali pada beberapa pokok pembahasan saja, seperti :
- Nuzul
Pembahasan ini menyangkut dengan
ayat-ayat yang menunjukkan tempat dan waktu turunnya ayat AlQur’an, misalnya :
Makkiyah, Madaniyah, Hadhariyah, Safariyah, Nahariyah, Lailiyah, Syita’iyah,
Shaifiyah, Firasyiyah dan meliputi hal-hal yang menyangkut asbabun nuzul dan
sebagainya.
- Sanad
Pembahasan ini meliputi hal-hal yang
menyangkut dengan sanad yang mutawatir, ahad, syadz, bentuk-bentuk qira’at
Nabi, para periwayat dan penghafal Al-Qur’an dan cara tahammul (penerimaan
riwayat).
- Ada’ Al-Qira’ah
Pembahasan ini menyangkut tentang
Waqaf, Ibtida’, Imalah, Mad, Takhfif hamzah dan Idghom.
- Lafadz
Pembahasan ini menyangkut tentang
Gharib, Mu’rab, Majaz, Musytarak, Muradif, Isti’arah dan Tasybih.
- Makna
- Pemabahasan makna Al-Qur’an yang berhubungan dengan hukum, yaitu ayat yang bermakna ‘Amm dan tetap dalam keumumannya, ‘Amm yang dimaksudkan khusus, ‘Amm yang dikhususkan oleh sunnah, Nash, Dzhahir, Mujmal, Mufashal, Manthuq, Mafhum, Mutlaq, Muqayyad, Muhkam, Mutasyabih, Musykil, Nasikh Mansukh, Muqaddam, Mu’akhar, Ma’mul pada waktu tertentu dan Ma’mul oleh seorang saja.
- Pembahasan makna Al-Qur’an yang berhubungan dengan lafadz, yaitu Fashl, Washl, Ijaz, Ithnab, Musawah dan Qashar.
Langganan:
Postingan (Atom)