PENGERTIAN, FUNGSI, DAN TUJUAN
AL-QUR'AN
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Sesungguhnya segala sesuatu yang
diciptakan Allah SWT itu tidak ada yang sia-sia, dan segala sesuatu yang
diciptakan Allah SWT pasti mempunyai definisi dan tujuan untuk apa mereka
diciptakan, begitu juga sama halnya dengan Al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah
SWT kepada baginda Rasulullah SAW pasti mempunyai definisi, fungsi dan juga
tujuan.
Banyak sekali perbedaan-perbedaan
pendapat dari para ulama dan pakar-pakar mengenai definisi Al-Qur’an baik
secara etimologi maupun terminologi. Tapi pada kesimpulannya Al-Qur’an
merupakan wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada baginda Rasulullah SAW, yaitu
Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril As, yang di situ Al-Qur’an merupakan
kitab suci bagi umat Islam yang resmi. Sama halnya seperti Nashrani dengan
Injilnya ataupun Yahudi dengan Tauratnya.
Selain itu Al-Qur’an juga mempunyai
banyak sekali fungsi dan tujuan. Salah satu tujuan dan fungsi Al-Qur’an adalah
menjadi petunjuk bagi umat manusia, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat
Al-Isra’ ayat 9.
إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ
وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ
أَجْرًا كَبِيرًا
﴿۹﴾
“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada
(jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mu’min
yang mengerjakan amal sholih, bahwa bagi
mereka ada pahala yang besar.” (QS. Al-Isra’: 9).
Karena
banyaknya perbedaan-perbedaan pendapat mengenai definisi Al-Qur’an dan juga
karena banyaknya fungsi dan tujuan Al-Qur’an. Maka hal ini membutuhkan
pemaparan dan penjelasan yang lebih detail.
Oleh karena itu penulis dengan segala
keterbatasannya mencoba menguraikan masalah yang sudah tidak asing lagi dan
sudah sangat populer ini, khususnya bagi umat Islam yang merupakan pemilik
resmi kitab suci Al-Qur’an ini, ke dalam sebuah karya ilmiah yang dalam hal ini
penulis memilih sebuah bentuk makalah.
Tujuan pembuatan makalah ini adalah
untuk proses pembelajaran bagi penulis dalam membuat karya ilmiah dan sekaligus
juga untuk mencoba mengamalkan ilmu yang Allah SWT berikan pada penulis,
walaupun hanya sedikit tapi semoga bermanfaat. Karena Nabi SAW pernah bersabda:
“sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.” Maka
dari itu penulis membuat makalah yang diberi judul PENGERTIAN, FUNGSI DAN TUJUAN
AL-QUR’AN.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian permasalahan yang
telah diuraikan penulis di dalam latar belakang masalah, maka penulis mencoba
untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang akan dibahas di dalam makalah ini.
Yang tujuannya agar dalam membahas makalah ini, penulis tidak keluar dari
konteks yang telah ditentukan. Yaitu sebagai berikut:
1.
Apa yang di
maksud Al-Qur’an itu?
2.
Apa saja fungsi
Al-Qur’an bagi kehidupan umat manusia pada umumnya?
3.
Apa saja tujuan
diturunkannya Al-Qur’an oleh Allah SWT untuk umat manusia ini?
4.
Mengapa
Al-Qur’an merupakan pedoman hidup manusia?
C.
Tujuan Penulisan
Sudah merupakan Sunatullah bahwa
siapapun yang membuat sesuatu pastilah mempunyai maksud dan tujuan tertentu.
Begitu pula dengan makalah ini, penulis juga mempunyai tujuan dan maksud dalam
pembuatan makalah ini, di antaranya sebagai berikut:
1.
Untuk
mengetahui pengertian Al-Qur’an baik dari segi terminologi maupun etimologi.
2.
Untuk
menguraikan apa saja fungsi atau kegunaan Al-Qur’an.
3.
Untuk
mengungkapkan tujuan-tujuan diturunkannya Al-Qur’an.
4.
Untuk
mengetahui pebedaan-perbedaan pendapat mengenai Al-Qur’an.
D.
Kegunaan Penulisan
Dalam pembuatan makalah ini, penulis
mempunyai sebuah harapan agar makalah ini kelak bisa berguna untuk orang
banyak, selain itu ada beberapa harapan penulis tentang kegunaan pembuatan
makalah yang membahas tentang definisi, fungsi dan tujuan Al-Qur’an ini. Di
antaranya sebagai berikut:
1.
Dalam kaitannya
dengan dunia pendidikan, semoga makalah ini dapat memperluas pengetahuan
orang-orang tentang ilmu agama, khususnya tentang ilmu Al-Qur’an dan Al-Hadits.
2.
Dalam kaitannya
dengan penulis, hasil penulisan makalah ini digunakan untuk memenuhi tugas yang
telah diberikan oleh dosen kepada penulis. Selain itu pembuatan makalah yang
membahas tentang definisi, fungsi dan tujuan Al-Qur’an ini juga dijadikan
penulis sebagai ajang latihan untuk membuat tulisan karya ilmiah dan juga
sekaligus untuk mengamalkan ilmu-ilmu yang selama ini Allah SWT berikan kepada
penulis dengan menuliskannya melalui sebuah karya ilmiah yaitu makalah.
E.
Metodologi Penelitian
Dalam penulisan makalah ini, penulis
menggunakan sumber data dari data-data kepustakaan (penelitian literatur) yang
diperoleh dari pelbagai literatur buku dan juga sumber data dari data-data yang
di ambil melalui media internet.
Sedangkan dalam metode penulisannya,
penulis menggunakan berbagai metode di antaranya sebagai berikut:
-
Metode Induktif adalah cara pembahasan yang dimulai dengan mengemukakan
fakta-fakta yang bersifat khusus, kemudian dari fakta-fakta tersebut dicari generalisasinya
(kesimpulan yang bersifat umum).
-
Metode Deduktif merupakan kebalikan dari metode Induktif,
yaitu dimulai dari mengemukakan dalil-dalil/teori-teori yang bersifat
general/umum, kemudian dilanjutkan dengan mengemukakan faktor-faktor yang
bersifat khusus.
-
Metode Komparatif ialah cara pembahasan dengan
membandingkan beberapa sistem yang berbeda dengan mencari persamaan dan
perbedaan masing-masing aspeknya, yang kemudian dinyatakan dalam bentuk
kesimpulan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Al-Qur’an
Menurut etimologi: Al-Qur’an berasal
dari kata Qa-ra-a (قرأ) artinya
membaca, maka perkataan itu berarti “bacaan”. Maksudnya, agar ia menjadi bacaan
atau senantiasa dibaca oleh segenap bangsa manusia terutama oleh para pemeluk
agama Islam.[1][1]
Para ulama berbeda pendapat mengenai
lafadz Al-Qur’an. Sebagian berpendapat, penulisan lafadz tersebut dibubuhi
huruf hamzah (dibaca Al-Qur’an). Pendapat lain mengatakan penulisannya Zdari
akar kata apapun) dan bukan pula berhamzah (tanpa tambahan huruf hamzah di
tengahnya, jadi dibaca Al-Qur’an). Lafadz tersebut sudah lazim digunakan dalam
pengertiannya kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Jadi
menurut Al-Syafi’i, lafadz tersebut bukan berasal dari akar kata Qa-ra-a (membaca), sebab kalau akar
katanya Qa-ra-a, maka tentu setiap
sesuatu yang dibaca dapat dinamai Al-Qur’an. Lafadz tersebut memang nama khusus
bagi Al-Qur’an, sama halnya dengan nama Taurat dan Injil.
a.
Al-Fara’ berpendapat, lafadz Al-Qur’an adalah pecahan (musytaq)
dari kata Qara’in (kata jamak Qarinah) yang berarti bermakna: kaitan,
karena ayat-ayat Al-Qur’an satu sama lain saling berkaitan. Karena itu jelaslah
bahwa huruf “nun” pada akhir lafadz Al-Qur’an adalah huruf asli, bukan
huruf tambahan.
b.
Al-Asy’ari dan para pengikutnya mengatakan, lafadz Al-Qur’an adalah
musytaq (pecahan) dari akar kata Qarn.
Ia mengemukakan contoh kalimat Qarnusy-syai
bisy-syai (menggabungkan sesuatu dengan sesuatu). Jadi kata Qarn dalam hal itu bermakna: gabungan
atau kaitan, karena surat-surat dan ayat-ayat di dalam Al-Qur’an saling
bergabung dan saling berkaitan.
Tiga pendapat di atas (Al-Syafi’i, Al-Fara’, dan
Al-Asy’ari) cukuplah sebagai contoh untuk menarik kesimpulan bahwa
lafadz Al-Qur’an (tanpa huruf hamzah di tengahnya) jauh dari kaidah pemecahan
kata (isytiqaq) dalam bahasa Arab. Di antara para ulama yang berpendapat
bahwa lafadz Al-Qur’an ditulis dengan tambahan huruf hamzah di tengahnya ialah Al-Zajjaj[2][2], Al-Lihyani[3][3] serta jama’ah
lainnya.
a.
Al-Zajjaj: lafadz Al-Qur’an ditulis dengan huruf hamzah di
tengahnya berdasarkan pola-kata (Wazn)
Fu’lan. Lafadz tersebut pecahan (musytaq)
dari akar kata Qar’un yang berarti Jam’un. Ia mengetengahkan contoh kalimat
Quri’al Ma’u fil-Haudhi yang berarti:
air dikumpulkan dalam kolam. Jadi dalam kalimat itu kata Qar’un bermakna Jam’un
yang dalam bahasa Indonesia bermakna “kumpul”. Alasannya Al-Qur’an
“mengumpulkan” atau menghimpun intisari kitab-kitab suci terdahulu.
b.
Al-Lihyani: lafadz Al-Qur’an ditulis dengan huruf hamzah di
tengahnya berdasarkan pola-kata Ghufran
dan merupakan pecahan (musytaq) dari akar kata Qa-ra-a yang bermakna Tala’
(membaca). Lafadz Al-Qur’an digunakan untuk menamai sesuatu yang dibaca, yakni
objek, dalam bentuk mashdar.
Pendapat yang belakangan lebih kuat
(pendapat Al-Lihyani, red) dan lebih tepat karena dalam bahasa
Arab, lafadz Al-Qur’an adalah bentuk mashdar yang maknanya sinonim dengan Qira’ah, yakni “bacaan”. Sebagai contoh,
firman Allah SWT dalam QS. Al-Qiyamah: 17-18.
إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ ﴿۱۷﴾ فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ ﴿۱٨﴾
“Sesungguhnya
atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai)
membacanya (17). Apabila Kami telah selesai
membacakannya maka ikutilah bacaannya itu”(18). (Al-Qiyamah: 17-18).[4][4]
Sedangkan
menurut terminologi Al-Qur’an adalah kalam Allah yang merupakan mukjizat[5][5], yang diturunkan melalui perantaraan
malaikat Jibril ke dalam kalbu
Rasulullah SAW, sebagaimana Firman Allah SWT:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا
عَلَيْكَ الْقُرْآنَ تَنْزِيلاً ﴿۲۳﴾
“Sesungguhnya Kami telah
menurunkan Al-Qur’an
kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur.” (Al-Insan: 23)
Dan dengan menggunakan bahasa Arab.
Sebagaimana dalam Firman Allah SWT:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ
قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ ﴿۲﴾
“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur’an dengan
berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.” (QS. Yusuf: 2).
dan disertai dengan kebenaran agar dijadikan hujjah (argumentasi) dalam hal
pengakuannya sebagai Rasul, dan agar dijadikan sebagai dustur (undang-undang) bagi seluruh umat manusia, yang abadi, untuk
kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat,[6][6] di samping merupakan amal ibadah jika
membacanya. Al-Qur’an juga di-tadwin-kan
di antara dua ujung, yang dimulai dari surat Al-Fatihah, dan ditutup dengan surat Al-Nas, dan sampai kepada Kita secara tertib dalam bentuk tulisan
(Mushaf) maupun lisan dalam keadaan utuh atau terpelihara dari perubahan
dan pergantian, sekaligus dibenarkan oleh Allah SWT, di dalam firman-Nya.[7][7] Definisi ini selaras dengan apa yang
diberikan oleh Ahli Ushul.[8][8]
Dalam Kitab Manna’ul-Qaththan
mabahits fi ulumil-Qur’an[9][9], yang dimaksud
Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Muhammad SAW dan
membacanya adalah ibadah.[10][10]
Definisi lain mengenai Al-Qur’an juga dikemukakan
oleh Al-Zarqani. Menurut Al-Zarqani, Al-Qur’an itu adalah lafal yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW, dari permulaan surat Al-Fatihah sampai akhir surat
Al-Naas.[11][11]
Sedangkan Abdul Wahhab Khallaf
memberikan definisi mengenai Al-Qur’an, yaitu firman Allah yang diturunkan
kepada hati Rasulullah; Muhammad bin Abdullah melalui Al-Ruhul Amin
(Jibril As) dengan lafal-lafalnya yang berbahasa Arab dan maknanya yang benar,
agar ia menjadi hujjah bagi Rasul, bahwa ia benar-benar Rasulullah, menjadi undang-undang
bagi manusia, memberi petunjuk kepada mereka, dan menjadi sarana pendekatan
diri dan ibadah kepada Allah dengan membacanya. Al-Qur’an itu terhimpun dalam
mushaf, dimulai dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat Al-Nas,
disampaikan kepada kita secara mutawatir[12][12] dari generasi
ke generasi secara tulisan maupun lisan. Ia terpelihara dari perubahan atau
pergantian.[13][13]
B.
Fungsi Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah dokumen untuk umat
manusia. Bahkan kita ini sendiri menamakan dirinya petunjuk bagi manusia.[14][14] Allah SWT berfirman Dalam QS:
Al-Baqarah [2]: 185 & 2:
ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ
رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِيْنَ ﴿۲﴾
“kitab[15][15] (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan pada isinya, petunjuk
bagi orang-orang yang bertaqwa[16][16]”. (QS: Al-Baqarah
[2]: 2).[17][17]
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ ﴿۱٨۵﴾
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah)
bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barang siapa di antara
kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia
berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya
itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan
hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu,
supaya kamu bersyukur.” (QS: Al-Baqarah [2]: 185).
Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa
Al-Qur’an adalah petunjuk yang didesain sedemikian rupa sehingga jelas bagi
umat manusia dengan petunjuk itu manusia bisa membedakan mana yang hak dan
bathil. Inilah sesungguhnya fungsi Al-Qur’an, yaitu sebagai pedoman hidup umat
manusia. Karena itu bila Al-Qur’an dipelajari dengan benar dan sungguh-sungguh
maka isi kandungannya akan membantu Kita menemukan nilai-nilai yang dapat
dijadikan pedoman untuk menyelesaikan berbagai problem hidup.[18][18]
Adapun fungsi Al-Qur’an yang lainnya
adalah:
1.
Pengganti
kedudukan kitab suci sebelumnya yang pernah diturunkan Allah SWT.
2.
Tuntunan serta
hukum untuk menempuh kehidupan.
3.
Menjelaskan
masalah-masalah yang pernah diperselisihkan oleh umat terdahulu.
4.
Sebagai Obat
penawar (syifa’) bagi segala macam penyakit, baik penyakit rohani maupun
jasmani. Seperti Firman Allah SWT dalam QS. Yunus: 57, Al-Isra’: 82, dan
Fushilat: 44.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ
لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى
وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ ﴿۵۷﴾
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu
pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang
berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus
[10]: 57).
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ
إِلا خَسَارًا ﴿٨۲﴾
Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi obat
dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan (Al-Quran itu) tidaklah menambah
kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”. (QS. Al-Isra' [17]: 82).
وَلَوْ جَعَلْنَاهُ قُرْآنًا أَعْجَمِيًّا لَقَالُوا لَوْلا فُصِّلَتْ آيَاتُهُ أَأَعْجَمِيٌّ وَعَرَبِيٌّ قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ وَالَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ فِي آذَانِهِمْ وَقْرٌ وَهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًى أُولَئِكَ يُنَادَوْنَ مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍ ﴿٤٤﴾
“Dan jikalau Kami jadikan Al-Qur’an itu suatu bacaan
dalam bahasa lain selain bahasa Arab tentulah Mereka mengatakan: “Mengapa tidak
dijelaskan ayat-ayatnya?”. Apakah (patut Al-Qur’an) dalam bahasa asing sedang
(rasul adalah orang) Arab?. Katakanlah: “Al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar
bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga
Mereka ada sumbatan, sedang Al-Qur’an itu suatu kegelapan bagi Mereka[19][19]. Mereka itu adalah (seperti) orang-orang yang dipanggil
dari tempat yang jauh.” (QS. Fushshilat
[41]: 44).
5.
Sebagai
pembenar kitab-kitab suci sebelumnya, yakni Taurat, Zabur, dan Injil.
Sebagaimana Firman Allah SWT dalam QS. Fathir: 31 dan Al-Maidah: 48.
وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ هُوَ الْحَقُّ مُصَدِّقًا
لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ إِنَّ اللَّهَ بِعِبَادِهِ لَخَبِيرٌ بَصِيرٌ ﴿۳۱﴾
“Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad)
adalah Al-Kitab (Al Qur’an) itulah yang benar, membenarkan kitab-kitab yang
sebelumnya.” (QS. Fathir:
31).
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ ﴿٤٨﴾
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur'an dengan membawa
kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah
perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan
jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu
umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu,
maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu
semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.” (QS. Al-Ma’idah: 48).
6.
Sebagai
pelajaran dan penerangan. Seperti dalam firman Allah SWT dalam QS. Yasin: 69.
وَمَا عَلَّمْنَاهُ الشِّعْرَ وَمَا يَنْبَغِي
لَهُ إِنْ هُوَ إِلا ذِكْرٌ وَقُرْآنٌ مُبِينٌ ﴿٦۹﴾
“Al Quran itu tidak lain adalah pelajaran dan kitab yang
memberi penerangan.” (QS. Yaa Siin: 69).
7.
Sebagai
pembimbing yang lurus. Seperti Firman Allah SWT dalam QS. Al-Kahfi: 1-2,
Al-An’am: 126 & 153, Al-Isra’: 9, dan Al-Baqarah: 2.
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَى
عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجَا ﴿۱﴾ قَيِّمًا لِيُنْذِرَ بَأْسًا شَدِيدًا مِنْ لَدُنْهُ وَيُبَشِّرَ
الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا حَسَنًا ﴿۲﴾
“Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada
hamba-Nya Al Kitab (Al Qur'an) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan[20][20] di dalamnya {1}; Sebagai bimbingan yang lurus, untuk
memperingatkan akan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi
berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh,
bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik {2}.” (QS. Al-Kahfi: 1-2).
وَهَذَا صِرَاطُ رَبِّكَ مُسْتَقِيمًا قَدْ فَصَّلْنَا الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَذَّكَّرُونَ ﴿۱۲٦﴾
“Dan inilah jalan Tuhanmu; (jalan) yang lurus. Sesungguhnya Kami
telah menjelaskan ayat-ayat (Kami) kepada orang-orang yang mengambil pelajaran.”
(QS. Al-An’am: 126).
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ﴿۱۵۳﴾
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah
jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti
jalan-jalan (yang lain)[21][21],
karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu
diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-An’am: 153).
إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي
هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ
أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا ﴿۹﴾
“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada
(jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal sholih, bahwa bagi
mereka ada pahala yang besar.” (QS. Al-Isra’: 9).
ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِيْنَ ﴿۲﴾
“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk
bagi mereka yang bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah [2]: 2).
8.
Sebagai pedoman
bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi yang meyakininya. Seperti Firman Allah
SWT dalam QS. Al Jatsiyah: 20, Ibrahim: 1, Al-hadid: 9, Al-thalaq: 10-11,
Al-Maidah: 15-16, dan Al-Ankabut: 51.
هَذَا بَصَائِرُ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ
لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ ﴿۲٠﴾
“Al-Quran ini adalah pedoman
bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakininya.” (QS. Al Jatsiyah: 20).
الر كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ ﴿۱﴾
“Alif laam raa[22][22].
(Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia
dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka,
(yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.”
(QS. Ibrahim: 1).
هُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ عَلَى عَبْدِهِ آيَاتٍ
بَيِّنَاتٍ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَإِنَّ اللَّهَ
بِكُمْ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ ﴿۹﴾
“Dialah yang menurunkan kepada hamba-Nya ayat-ayat yang terang (Al
Qur'an) supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya. Dan
sesungguhnya Allah benar-benar Maha Penyantun lagi Maha Penyayang terhadapmu.”(QS.
Al-Hadid: 9).
أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا
فَاتَّقُوا اللَّهَ يَا أُولِي الألْبَابِ الَّذِينَ آمَنُوا قَدْ أَنْزَلَ
اللَّهُ إِلَيْكُمْ ذِكْرًا ﴿۱٠﴾ رَسُولا يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِ اللَّهِ مُبَيِّنَاتٍ لِيُخْرِجَ
الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ
وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ وَيَعْمَلْ صَالِحًا يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ
تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا قَدْ أَحْسَنَ اللَّهُ لَهُ
رِزْقًا ﴿۱۱﴾
“Allah menyediakan bagi mereka azab yang keras, maka bertakwalah
kepada Allah hai orang-orang yang mempunyai akal, (yaitu) orang-orang yang
beriman. Sesungguhnya Allah telah menurunkan peringatan kepadamu {10}, (Dan mengutus) seorang Rasul yang membacakan kepadamu ayat-ayat
Allah yang menerangkan (bermacam-macam hukum) supaya Dia mengeluarkan
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh dari kegelapan
kepada cahaya. Dan barang siapa beriman kepada Allah dan mengerjakan amal yang
saleh niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya
Allah memberikan rezeki yang baik kepadanya {11}.”
(QS. Al-Thalaq: 10-11).
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ قَدْ جَاءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ كَثِيرًا مِمَّا كُنْتُمْ تُخْفُونَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُبِينٌ ﴿۱۵﴾ يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلامِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ ﴿۱٦﴾
“Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang
kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu
sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang
kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan (15). Dengan kitab
itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan
keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu
dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan
menunjuki mereka ke jalan yang lurus (16).” (QS. Al-Maidah: 15-16).
أَوَلَمْ يَكْفِهِمْ أَنَّا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ يُتْلَى عَلَيْهِمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَرَحْمَةً وَذِكْرَى لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ ﴿۵۱﴾
“Dan apakah tidak cukup bagi mereka
bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) sedang dia
dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (Al Qur'an) itu terdapat rahmat
yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman.”
(QS. Al-Ankabut: 51).
9.
Sebagai
pengajaran. Seperti Firman Allah SWT dalam QS. Al-Qalam: 52, dan Ali Imran:
138.
وَمَا هُوَ إِلا ذِكْرٌ لِلْعَالَمِينَ ﴿۵۲﴾
“Dan tiadalah ia (Al Qur-an), melainkan pengajaran untuk
semesta alam.” (QS. AI-Qalam:52).
هَذَا
بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى
وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ ﴿۱۳٨﴾
“(Al Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia,
dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS.
Ali-Imran: 138).
10. Sebagai
petunjuk dan kabar gembira. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam QS.
Al-Nahl: 89.
وَيَوْمَ نَبْعَثُ فِي كُلِّ أُمَّةٍ شَهِيدًا عَلَيْهِمْ مِنْ أَنْفُسِهِمْ وَجِئْنَا بِكَ شَهِيدًا عَلَى هَؤُلاءِ وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ ﴿٨۹﴾
“(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami, bangkitkan pada tiap-tiap
umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan kamu
(Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu
Al-Kitab (Al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat
dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS. Al-Nahl:
89).
11. Sebagai
pembanding atau pembeda (Furqan)
antara yang haq dan bathil. Seperti Firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah [2]:
185.
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ ﴿۱٨۵﴾
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan,
bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara
yang hak dan yang bathil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di
negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan
itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka
(wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada
hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu
bersyukur.” (QS. Al-Baqarah
[2]: 185).
12.
Sebagai
pengajaran/pembentang/penjelas (tibyan)
segala sesuatu akan ilmu pengetahuan dan rahasia-rahasia alam dunia dan
akhirat. Seperti Firman Allah SWT dalam QS. Ali Imran: 138, dan QS. Yusuf: 111.
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لأولِي الألْبَابِ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَى وَلَكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ ﴿۱۱۱﴾
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat
pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur’an itu bukanlah cerita
yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan
menjelaskan segala sesuatu, dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS. Yusuf
[12]: 111).
هَذَا
بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى
وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ ﴿۱۳٨﴾
“(Al Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia,
dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS.
Ali-Imran: 138).
13. Sebagai tali
Allah yang harus diikat kuat dan digenggam teguh dalam hati dan kehidupan,
khususnya bersama-sama agar tidak bercerai-berai. Seperti dalam Firman Allah
SWT dalam QS. Al-Zukhruf: 43, dan Ali Imran: 102-103.
فَاسْتَمْسِكْ بِالَّذِي أُوحِيَ إِلَيْكَ إِنَّكَ عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ ﴿٤۳﴾
“Maka berpeganglah teguhlah kamu kepada agama yang telah
diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus.” (QS.
Al-Zukhruf [43]: 43).
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ ﴿۱۰۲﴾ وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا
حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا
كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ
لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ ﴿۱۰۳﴾
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan
dalam keadaan beragama Islam (102). Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali
(agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat
Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh musuhan, maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang
bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk (103).” (QS. Ali Imran: 102-103).
14. Sebagai tadzkirah (peringatan) bagi orang-orang
yang takut kepada Allah dan terhadap kepemimpinan Al-Qur’an. Seperti Firman
Allah SWT dalam QS. Thaha: 1-4 & 123-124.
طه ﴿۱﴾ مَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَى ﴿۲﴾ إِلَّا تَذْكِرَةً لِمَنْ يَخْشَى ﴿۳﴾ تَنْزِيلا مِمَّنْ خَلَقَ الأرْضَ وَالسَّمَاوَاتِ الْعُلاَ ﴿٤﴾
“Thaahaa[23][23]{1}. Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar
kamu menjadi susah {2}; tetapi sebagai peringatan bagi orang yang
takut (kepada Allah) {3}. Yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan
bumi dan langit yang tinggi {4}.” (QS. Thaha: 1-4).
قَالَ اهْبِطَا مِنْهَا جَمِيعًا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلا يَضِلُّ وَلا يَشْقَى ﴿۱۲۳﴾ وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى ﴿۱۲٤﴾
“Allah
berfirman:
"Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh
bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu
barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan
celaka (123).” Dan
barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya
penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam
keadaan buta (124).” (QS. Thaha: 123-124).
15. Sebagai
pengawas (Muhaiminun) dan penjaga
atas kitab-kitab samawi lainnya, tidak hanya membenarkan masalah aqidah,
akan tetapi masalah syariat alamiyah juga. Al-Qur’an juga menetapkan sebagian
hukum-hukum dari kitab sebelumnya dan mengganti serta mengubah sebagian
lainnya.[24][24] Seperti Firman Allah SWT dalam QS.
Al-Maidah: 48.
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا
لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ
بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ
مِنَ الْحَقِّ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا وَلَوْ شَاءَ
اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا
آَتَاكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا
فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ ﴿٤٨﴾
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Qur'an dengan
membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang
diturunkan sebelumnya) dan batu ujian[25][25] terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka
putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang
kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu,[26][26] Kami berikan
aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu
dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap
pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada
Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah
kamu perselisihkan itu”. (QS. Al-Maidah: 48).
16. Sebagai
Mukjizat bagi Rasulullah SAW yang bertujuan untuk melemahkan musuh-musuh Allah
dan Rasul-Nya yang meragukan kenabian dan kerasulan-Nya.
Selain itu fungsi Al-Qur’an yang tidak kalah penting,
adalah sebagai bukti kebenaran Nabi Muhammad SAW, dan bukti bahwa semua ayatnya
benar-benar dari Allah SWT. Sebagai bukti kedua fungsinya yang terakhir paling
tidak ada dua aspek dalam Al-Qur’an itu sendiri: 1) Isi/kandungannya yang
sangat lengkap dan sempurna; 2) Keindahan bahasa dan ketelitian redaksinya: 3)
Kebenaran berita-berita ghaibnya; dan 4) Isyarat-isyarat ilmiahnya.
C.
Tujuan Diturunkannya Al-Qur’an
Sebagai pedoman hidup yang benar,
Al-Qur’an niscaya harus memberikan suatu petunjuk hidup yang benar, mendasar
dan pasti. Sehingga dapat dijadikan sebagai pegangan yang kokoh dalam
menghadapi hidup. Oleh karena itu tujuan utama diturunkannya Al-Qur’an tidak
lain kecuali untuk memberikan petunjuk kepada umat manusia ke jalan yang harus
ditempuh demi kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat[27][27]. Adapun petunjuk yang diberikan oleh Al-Qur’an pada
pokoknya ada tiga:
1.
Petunjuk aqidah
dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia yang tersimpul dalam keimanan
akan keesaan Allah dan kepercayaan akan kepastian adanya hari pembalasan.
2.
Petunjuk mengenai
akhlaq yang murni dengan jalan menerangkan norma-norma keagamaan dan susila
yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupannya secara individual dan
kolektif.
3.
Petunjuk
mengenai syari’at dan hukum dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum yang harus
diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya.[28][28]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Itulah Al-Qur’an karya yang sangat
orisinil. Di dalamnya tidak ada keraguan sama sekali, tidak mengada-ada, tiada
kebohongan. Di dalamnya tidak terdapat khayalan seorang penyair, penggubah,
musisi dan lain-lain. Gaya bahasanya sangat khas dan memukau, tiada
bandingannya dan sangat berbeda dengan syair-syair, tulisan-tulisan atau apapun
yang merupakan hasil buatan dan karya cipta dari manusia, jin, malaikat, hewan
maupun tumbuhan.
Al-Qur’an adalah wahyu yang diturunkan
Allah SWT kepada baginda Rasulullah SAW sebagai petunjuk, pedoman, pengingat,
perintah, kabar baik, peringatan, dan bahkan mukzijat dari Allah SWT kepada
Nabi Muhammad SAW untuk membuktikan kenabian dan kerasulan-Nya. isi Al-Qur’an
itu bersifat universal, bahkan semua ilmu pengetahuan secara garis besar
terkandung di dalam isi Al-Qur’an tersebut.
Dan Al-Qur’an, sama sekali bukanlah
hasil ciptaan atau rekaan Nabi Muhammad SAW, yang semata-mata merupakan hasil
karya cipta Nabi Muhammad SAW yang kemudian beliau akui sebagai firman dari
Allah SWT yang di mana tujuannya hanya untuk menguntungkan kepentingan pribadi
Nabi Muhammad SAW, maupun menguntungkan kepentingan Umat-Nya, seperti tuduhan
kaum kafir selama ini. Padahal Nabi Muhammad SAW adalah seorang yang al-um
(buta huruf), sehingga mana mungkin orang yang buta huruf yang tidak bisa
membaca dan menulis mampu menciptakan sebuah karya agung seperti Al-Qur’an ini,
melainkan Al-Qur’an itu murni merupakan wahyu-wayu dari Allah SWT yang berisi
firman-firman yang berasal dari-Nya. Jadi tuduhan kaum kafir bahwa Al-Qur’an
adalah hasil karya cipta nabi Muhammad SAW selama ini tidak masuk akal sama
sekali. Bahkan Allah SWT menantang manusia dan jin untuk membuat yang seperti
Al-Qur’an. Terkandung dalam firman Allah SWT pada surat ke-17 yaitu surat
Al-Isra’ ayat 88:
قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الإنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى
أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآنِ لا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ
بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا﴿۸۸﴾
“Katakanlah, sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat
yang serupa Al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa
dengannya (Al-Qur’an), sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian
yang lain”. (QS. Al-Isra’: 88).
Al-Qur’an itu murni 100% firman yang
berasal dari Allah azza wajala’. Al-Qur’an juga bukan duplikat dari
wahyu-wahyu Ilahi (Taurat, Zabur, dan Injil) yang turun sebelumnya,
bahkan Al-Qur’an justru melengkapi wahyu-wahyu ilahi yang turun sebelumnya.
Bahkan ada juga syari’at-syari’at sebelumnya yang telah diperintahkan oleh
Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya (Umat sebelum umat Nabi Muhammad SAW) yang
termaktub melalui wahyu-wahyu ilahi (selain Al-Qur’an) yang terkandung di
dalamnya yang diganti. Pergantian ini disebabkan karena syari’at-syari’at
tersebut sudah tidak relevan diterapkan pada zaman Nabi Muhammad SAW hidup.
Sehingga Al-Qur’an menghapuskan syari’at-syari’at tersebut dan menggantikannya
dengan syari’at-syari’at yang baru yang sesuai dengan zaman Nabi Muhammad SAW
hidup.
Al-Qur’anul-Karim juga merupakan
kitab suci umat Islam yang di dalamnya berisi firman-firman yang berasal dari
Allah SWT yang diturunkan secara berangsur-angsur sebagai pedoman hidup bagi
manusia untuk meraih kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat.
Maha suci Allah yang telah menurunkan
Al-Qur’an kepada umat Manusia khususnya kepada umat Baginda Rasulullah SAW
yaitu umat Islam yang sekaligus merupakan umat terakhir dan penutup dari
umat-umat sebelumnya.
B.
Saran
Setelah penulis menguraikan makalah
yang berjudul “Pengertian, Fungsi dan Tujuan Al-Qur’an” maka timbul keinginan
dari penulis untuk setidaknya memberikan saran yang semoga bermanfaat dan
sekaligus untuk mengingatkan orang lain pada umumnya, dan khususnya bagi diri
penulis sendiri. Saran penulis di antaranya sebagai berikut:
1.
Sebagai Umat
Islam kita wajib untuk membumikan Al-Qur’an. Jangan malah kita hanya menjadikan
Al-Qur’an sebagai hiasan rumah belaka. Tidak pernah disentuh, dibaca bahkan
malah tidak memiliki satupun mushaf Al-Qur’an sama sekali (naudzubillah min
dzalik).
2.
Hendaknya kita
belajar baca-tulis bahasa Arab agar memudahkan Kita dalam membaca dan memahami
Al-Qur’an, karena jika Kita tidak bisa baca-tulis Arab, akan membuat Kita buta
tentang Al-Qur’an. Jika kita sudah buta akan Al-Qur’an maka Kita hidup tanpa
pedoman dan arah. Walaupun saat ini huruf Arab bisa dilatinkan ke dalam bahasa
Indonesia akan tetapi pada prakteknya nanti, akan ada perbedaan-perbedaan
antara huruf Arab yang dilatinkan dan huruf Arab hijaiyyah yang biasanya kita
ketahui dengan sebutan Huruf Hijaiyyah. Jika sudah terjadi perbedaan
antara huruf-huruf hijaiyyah dengan huruf Arab yang dilatinkan ke dalam bahasa
Indonesia maka hal tersebut bisa sangat berbahaya karena akan menimbulkan
kekeliruan yang amat fatal yang bisa mengakibatkan kesalahan dalam membaca
Al-Qur’an yang ujung-ujungnya bahkan bisa merubah maknanya.
3.
Ajarilah
anak-anak kita, adik-adik kita, saudara-saudara kita dan orang tua-orang tua
kita, untuk membaca dan memahami Al-Qur’an. Yaitu salah satunya dengan cara
mempelajari ilmu-ilmu yang menunjang tentang metode-metode mempelajari
Al-Qur’an secara baik dan benar (seperti ilmu tajwid, ilmu nahwu dan sharaf).
DAFTAR PUSTAKA
“Al-Qur’an;
Pengertian, kedudukan dan Fungsi serta Sejarah Kodifikasi”, Jakarta, 2001.
As-Shalih. Subhi, Dr. 1996. “Mabahits
fi Ulumil-Qur’an” diterjemahkan menjadi Membahas ilmu Al-Qur’an
oleh tim pustaka firdaus. Pustaka Firdaus, Jakarta.
Chalil Munawar. 1998. “Kelengkapan
tarikh Nabi Muhammad SAW”.
Faridl, Miftah. 2004. “Pokok-pokok
Ajaran Islam”.
Jannah, Roudhotul. 2000. “Manhaj Tarbiyah
Islamiyah”, e-Indonesia. Jilid I, Jakarta.
Kementerian Agama. 1974. “Terjemahan Al-Qur’an”, Jakarta:
Departemen RI.
Muhammad, Syaikh, bin ’Utsmani. 1995. “Shuul Fii
at-Tafsiir”, hal.9-11.
Nata, Abuddin, Drs, M.A. 1995. “Al-Qur’an
dan Hadits (Dirasah Islamiyah I)”. PT. RajaGrafindo Persada: Jakarta.
Surin, Bachtiar. 1978. “Terjemah
dan tafsir Al-Qur’an 30 Juz huruf Arab dan Latin”. Fa Sumatra: Bandung.
Zuri, Alam L. “Pengertian Al-Qur’an”,
www.grameenfoundation.org
(Di akses pada 12 September 2010).
[30][2] Nama
lengkapnya Al-Zajjaj ialah Ibrahim bin Al-Sirri, dijuluki Abu Ishaq, penulis
buku Ma’anil-Qur’an. Beliau wafat pada tahun 311 H. (lihat
Inbahur-Ruwah, jilid I, h. 163).
[31][3] Al-Lihyani,
nama aslinya Abu Al-Hasan ‘Ali bin Hazim, beliau seorang ahli bahasa Arab yang
terkenal. Beliau wafat pada tahun 215 H. Buku-buku yang ditulisnya banyak
dimanfaatkan oleh Ibnu sayyidih dalam menulis buku yang berjudul al-Mukhassash.
[32][4] Dr. Subhi
As-Shalih, Mabahits fi Ulumil-Qur’an, cetakan ke-enam belas, 1985, tr
oleh tim pustaka firdaus, pustaka Firdaus, Jakarta, 1996. H. 10-12.
[33][5] Mukjizat
menurut teminologi berasal dari kata (‘ajaza-ya’jizu) yang artinya (telah
lemah-sedang lemah). Sedangkan mu’jizat yang merupakan bentuk isim sifat/isim
fail bermakna yang melemahkan. Mukjizat menurut etimologi yaitu sesuatu yang
luar biasa yang muncul di luar kebiasaan yang ditujukan kepada orang-orang yang
mengingkari kenabian dan kerasulan seorang nabi dan Rasul.
[34][6] Endang
saifuddin Anshari, Wawasan Islam; pokok-pokok fikiran tentang islam
dan ummatnya, jakarta; CV. Rajawali, 1986, hal.35
[38][10] Drs. Abuddin
Nata, M.A, Al-Qur’an Dan Hadits (Dirasah Islamiyah I), Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 1995, h. 54
[40][12] Al-Qur’an disampaikan
kepada kita dengan cara mutawatir, dalam arti, disampaikan oleh sejumlah orang
yang semuanya sepakat bahwa Ia benar-benar wahyu Allah SWT, terpelihara dari
perubahan atau pergantian.
[43][15] Tuhan menamakan Al Quran dengan Al Kitab yang di sini
berarti yang ditulis, sebagai isyarat bahwa Al Quran diperintahkan untuk
ditulis.
[44][16] Takwa yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan
mengikuti segala perintah-perintah-Nya; dan menjauhi segala
larangan-larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja.
[45][17] Bachtiar
Surin. Terjemah dan Tafsir Al-Qur’an 30 juz huruf arab dan latin, Fa
Sumatra, Bandung, hal.4
[48][20] Maksudnya:
tidak ada dalam Al-Qur’an itu makna-makna yang berlawanan dan tiada
penyimpangan dari kebenaran
[49][21] Maksudnya:
Janganlah kamu mengikuti agama-agama yang ada kepercayaan yang lain dari Islam.
Mujahid mengartikan “al-subul” dengan macam bid’ah dan jalan-jalan yang
tidak benar.
[50][22] Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan
sebagian dari surat-surat Al-Qur’an seperti: alif laam mim, alif laam shaad
dsb. (lebih lengkapnya lihat footnote selanjutnya nomor 22).
[51][23] Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan
sebagian dari surat-surat Al-Qur’an seperti: alif laam raa, alif laam shaad
dsb. Di antara ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah
karena dipandang termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang
menafsirkannya. Golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama
surat dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk
menarik para pendengar supaya memperhatikan Al-Qur’an itu, dan untuk
mengisyaratkan bahwa Al-Qur’an itu diturunkan dalam bahasa Arab yang tersusun
dari huruf-huruf abjad. Kalau mereka tidak percaya bahwa Al-Qur’an itu
diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad SAW, maka cobalah mereka buat
semacam Al-Qur’an itu.
[52][24] M. Husain Zahabi. Israiliyat
dalam Tafsir dan Hadits, tr oleh Didin Hafidhuddin, Litera Antar-Nusa,
Jakarta; 1993, hal.2
[53][25] Maksudnya: Al Qur'an adalah
ukuran untuk menentukan benar tidaknya ayat-ayat yang diturunkan dalam
kitab-kitab sebelumnya.
[55][27] Makalah “Al-Qur’an;
Pengertian, kedudukan dan Fungsi serta Sejarah Kodifikasi”, Jakarta; 2001.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar