KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas
rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1.
Allah SWT yang telah
memberikan rahmatnya sehingga
makalah ini dapat
2.
Bapak dan Ibu tercinta yang selalu
memberikan yang terbaik untuk penulis
4.
Serta semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Akhir kata penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah
ini selanjutnya. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca yang budiman.
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR ……………………………………………………………….i
DAFTAR
ISI…………………………………………………………………………ii
BAB I
PENDAHULUAN ……………………………………………………………1
1.1 Latar Belakang
Masalah…………………………………………………………..1
1.2 Rumusan
Masalah…………………………………………………………………2
1.3
Tujuan……………………………………………………………………………..2
1.4 Metode dan Prosedur……………………………………………………………...3
1.5 Sistematika
Penulisan………………………………………………………………
BAB II
TINJAUAN TEORITIS…………………………………………………….4
2.1 Pengertian dan sejarah
Televisi……………………………………………………4
2.2 Pengaruh yang Timbul Akibat Tayangan Televisi Terhadap Perilaku Anak-anak..6
2.3 Upaya yang Dilakukan Untuk Mencegah Dampak
Negative dari tayanagan Televisi…………………………………………………………………………….…10
BAB III
PEMECAHAN MASALAH……………………………………………...12
BAB IV
PENUTUP…………………………………………………………………14
4.1
Kesimpulan……………………………………………………………………….14
4.2
Saran……………………………………….……………………………………..14
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………….15
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Komunikasi merupakan kebutuhan dasar
manusia. Dalam proses komunikasi terdapat pertukaran informasi. Media massa
yang dianggap paling mempengaruhi khalayaknya dalam hal penyampaian informasi
adalah televisi. Kehadiran televisi dalam kehidupan manusia memunculkan suatu
peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan penyebaran informasi yang
bersifat massal dan menghasilkan suatu efek sosial yang berpengaruh terhadap
nilai-nilai sosial dan budaya manusia.
Program siaran televisi di Indonesia
pada umumnya diproduksi oleh stasiun televisi yang bersangkutan. Stasiun
televisi dapat memilih program yang menarik dan memiliki nilai jual kepada
pemasang iklan, sementara perusahaan produksi acara televisi dapat meraih
keuntungan dari produksinya. Pada umumnya isi program siaran di televisi
meliputi acara seperti berita, dialog interaktif, program pedesaan, periklanan,
kesenian dan budaya, film, sinetron, pendidikan, kuis, komedi, dan lain-lain.
Informasi yang diperoleh melalui
siaran televisi dapat mengendap dalam daya ingatan manusia lebih lama
dibandingkan dengan perolehan informasi yang sama tetapi melalui media lain.
Alasannya karena informasi yang diperoleh melibatkan dua indera yaitu
pendengaran (audio) dan penglihatan (visual) sekaligus secara stimultan pada
saat yang bersamaan. Kemudian gambar yang disajikan melalui siaran televisi
merupakan pemindahan bentuk, warna, ornamen, dan karakter yang sesungguhnya
dari objek yang divisualisasikan (Muda, 2005).
Kini tayangan berita di televisi
semakin banyak dan berkembang sehingga menyebabkan pihak stasiun televisi
berlomba-lomba untuk menyajikan kemasan berita yang eksklusif dan istimewa agar
diminati masyarakat. Berita yang disajikan terdiri atas tiga jenis, yaitu: hard
news, depth news, dan feature news. Hard news adalah
berita mengenai hal-hal penting yang langsung terkait dengan kehidupan
masyarakat dan harus segera diketahui oleh masyarakat, seperti kasus kriminal.
Siaran berita kriminal di televisi
kerap kali menayangkan berita-berita yang mengandung unsur pornografis,
kekerasan, hedonisme, dan sebagainya yang ditampilkan di layar kaca. Berita
tersebut disaksikan oleh berbagai lapisan masyarakat, diantaranya adalah
anak-anak dan remaja. Mereka masih belum dapat memilih dan memilah mana
tayangan yang seharusnya patut dicontoh dan tidak. Tayangan berita yang
demikian dapat mempengaruhi perilaku anak-anak dan remaja yang notabene masih
berjiwa labil. Maka, orangtua dituntut untuk memiliki andil besar dalam
mengontrol perubahan yang terjadi pada anak-anak dan remaja. Berdasarkan latar
belakang ini, maka dilakukanlah penulisan makalah mengenai pengaruh berita di
televisi terhadap perilaku anak-anak dan remaja
1.2
Rumusan Masalah
Berkembangnya tayangan berita di
televisi menambah informasi bagi masyarakat. Berita hadir karena permintaan
pasar akan informasi tidak pernah surut, namun tidak sedikit dari isi berita
yang dengan atau tanpa sengaja menyertakan unsur pornografis, kekerasan, dan
hedonisme yang dapat mempengaruhi emosi pemirsa sehingga banyak diminati oleh
masyarakat. Pengonsumsi berita tidak hanya kalangan orang dewasa, tetapi juga
anak-anak dan para remaja. Anak-anak dan remaja merupakan bagian dari
masyarakat yang pola pikirnya masih labil dan emosional, oleh sebab itu mereka
akan dengan mudah terpengaruh pada tayangan berita di televisi.
Berdasarkan uraian di atas, maka
permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.
Bagaimana pengaruh yang timbul
akibat adanya tayangan berita di televisi terhadap perilaku anak-anak?
2.
Bagaimana Solusi yang dilakukan
orangtua untuk mencegah terjadinya perubahan perilaku menyimpang akibat adanya
tayangan berita di televisi terhadap anak-anak?
1.3 Tujuan
1.
Mengetahui dampak negative dari
tayangan televise terhadap perilaku anak-anak
2.
Mengetahui solusi dari orang tua terhadap dampak negative dari televisi
bagi anak-anak
1.4 Metode dan Prosedur
Metode yang digunakan penulis dalam
penyusunan makalah ini yaitu dengan mengumpulkan informasi dari berbagai
narasumber dan browsing di
internet.Serta alternatif pemecahan masalah yang digunakan ialah pendekatan
multidisipliner
1.5 Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengan
menggunakan kaidah penulisan makalah secara umum
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
2.1. Pengertian dan sejarah Televisi
Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta
suara, baik itu yang monokrom (hitam-putih)
maupun berwarna. Kata
"televisi" merupakan gabungan dari kata tele (τῆλε,
"jauh") dari bahasa Yunani dan visio ("penglihatan") dari bahasa Latin, sehingga televisi dapat diartikan sebagai “alat komunikasi jarak jauh
yang menggunakan media visual/penglihatan.”
Penggunaan kata "Televisi" sendiri juga dapat merujuk kepada
"kotak televisi", "acara televisi", ataupun "transmisi televisi".
Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena
penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia 'televisi' secara
tidak formal sering disebut dengan TV (dibaca: tivi, teve
ataupun tipi.)
Bermuladitemukannya electrische
telekop sebagai perwujudan gagasan seorang mahasiswadari Berlin (Jerman Timur)
yang bernama Paul Nipkov. Untuk mengirim gambar melalui udara dari satu tempat
ke tempat yang lain. Hal ini terjadi antara tahun1883-1884. Akhirnya Nipkov
diakui sebagai bapak televisi.Akan tetapi televisi baru bisa dinikmati oleh
pihak publik ketika khalayakdapat menonton siaran rapat dewan keamanan PBB
digedung olah raga perguruantinggi Hunter, New York pada tahun 1946.Para
wartawan dan undangan padasaat itu bukan hanya tertarik dengan perdebatan yang
ada akan tetapi juga tertarikdengan suatu alat baru yang membuat mereka lebih
jelas menyaksikan apa yangterjadi dalam persidangan walaupun terhalang oleh
dinding.Sejak saat itu televisi mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Mulaidari Amerika, Inggris dan di Indonesia televisi baru ada pada tahun 1962.
Kotak televisi pertama kali dijual secara komersial sejak tahun 1920-an, dan sejak saat itu televisi telah menjadi barang biasa di rumah, kantor bisnis, maupun institusi, khususnya sebagai sumber kebutuhan akan hiburan dan berita serta menjadi media periklanan. Sejak 1970-an, kemunculan kaset video, cakram laser, DVD dan kini cakram Blu-ray, juga menjadikan kotak televisi sebagai alat untuk untuk melihat materi siaran serta hasil rekaman. Dalam tahun-tahun terakhir, siaran televisi telah dapat diakses melalui Internet, misalnya melalui iPlayer dan Hulu.
Sekelompok keluarga berkebangsaan Amerika sedang menonton TV, 1958
Walaupun terdapat bentuk televisi lain seperti televisi sirkuit tertutup, namun jenis
televisi yang paling sering digunakan adalah televisi penyiaran, yang dibuat
berdasarkan sistem penyiaran radio yang
dikembangkan sekitar tahun 1920-an, menggunakan pemancar frekuensi radio
berkekuatan tinggi untuk memancarkan gelombang televisi ke penerima gelombang
televisi.
Penyiaran TV biasanya disebarkan melalui gelombang radio VHF dan UHF
dalam jalur frekuensi yang ditetapkan antara 54-890 megahertz[1]. Kini
gelombang TV juga sudah memancarkan jenis suara stereo ataupun bunyi
keliling di banyak negara. Hingga tahun 2000, siaran TV dipancarkan dalam
bentuk gelombang analog, tetapi belakangan ini perusahaan siaran publik maupun
swasta kini beralih ke teknologi penyiaran digital.
Sebuah kotak televisi terdiri dari bermacam-macam sirkuit elektronik didalamnya,
termasuk di antaranya sirkuit penerima dan penangkap gelombang penyiaran.
Perangkat tampilan visual yang tidak memiliki perangkat penerima sinyal
biasanya disebut sebagai monitor, bukannya
televisi. Sebuah sistem televisi dapat dipakai dalam berbagai penggunaan
teknologi seperti analog (PAL, NTSC, SECAM), digital (DVB, ATSC, ISDB dsb.) ataupun definisi tinggi (HDTV). Sistem televisi kini juga
digunakan untuk pengamatan suatu peristiwa, pengontrolan proses industri, dan
pengarahan senjata, terutama untuk tempat-tempat yang biasanya terlalu berbahaya
untuk diobservasi secara langsung.
Televisi amatir (ham TV atau ATV) digunakan untuk kegiatan percobaan dan
hiburan publik yang dijalankan oleh operator radio amatir. Stasiun TV amatir telah digunakan pada kawasan perkotaan sebelum
kemunculan stasiun TV komersial.[2]
Televisi telah memainkan peran penting dalam sosialisasi abad 20 dan 21.
Pada tahun 2010, iPlayer digunakan
dalam aspek media sosial dalam bentuk layanan televisi internet, termasuk di antaranya adalah Facebook dan Twitter.[3]
2.2 Pengaruh yang Timbul Akibat
Tayangan Televisi Terhadap Perilaku Anak-anak
Televisi adalah salah satu bentuk
teknologi yang dapat memberikan solusi untuk memenuhi tuntutan zaman sekarang.
Dibandingkan dengan pendahulunya yaitu surat kabar dan radio, televisi memiliki
beberapa kelebihan. Televisi dapat menguasai ruang dan jarak, mencapai sasaran
yang sangat luas, memiliki nilai aktualitas terhadap suatu pemberitaan dan
informasi yang sangat cepat, serta bersifat audiovisual sehingga meningkatkan
daya rangsang dan pemahaman seseorang terhadap informasi yang disajikan
(Kuswandi, 1998).
Salah satu program televisi yang
tetap menjadi program utama di sebuah stasiun televisi adalah berita. Berita
televisi yang merupakan perkembangan dari teknologi modern, merujuk pada
praktek penyebaran informasi mengenai peristiwa terbaru melalui media televisi.
Acara berita bisa berlangsung dari beberapa detik hingga beberapa jam dengan
menyajikan perkembangan terbaru peristiwa-peristiwa lokal/regional maupun
internasional. Stasiun televisi biasanya menyajikan program berita sebagai
bagian dari acara berkalanya, dan disiarkan setiap hari pada waktu-waktu
tertentu. Kadang-kadang acara televisi juga bisa diselipi dengan ‘berita
sekilas’ untuk memberikan laporan mutakhir mengenai suatu peristiwa yang sedang
terjadi atau berita dadakan lain yang penting.
Dunia teknologi yang semakin canggih
bagaikan koin yang memiliki dua sisi berlawanan. Selain dapat menimbulkan
dampak positif seperti memudahkan dalam mengetahui berbagai informasi, juga
dapat membawa suatu dampak negatif yang cukup meluas di berbagai lapisan
masyarakat. Lapisan masyarakat yang paling mudah terbius dan terpengaruh dengan
apa yang dilihatnya adalah anak-anak dan remaja. Marwan (2008) menyatakan
bahwa: “Usia anak-anak dan remaja merupakan masa labil seseorang. Dimana pada
saat itu timbul rasa ingin menunjukkan diri “ini aku”. Oleh karena itu sikap
meniru pada kalangan remaja merupakan suatu bentuk dari masa pubertas yang
dialami oleh keadaan jiwa yang masih labil”. Artinya jika mereka tidak dapat
mengontrol diri dengan baik dan apabila waktu luang tidak dapat dimanfaatkan
dengan sebaik mungkin, maka perbuatan iseng dan kenakalan lainnya mudah sekali
terjadi.
Televisi ternyata memberikan dampak
yang luar biasa bagi anak-anak. Menurut catatan KPID Jawa Timur, anak Indonesia
rata-rata menonton televisi selama 30-35 jam dalam sepekan. Benar-benar waktu
yang lebih lama dari waktu belajarnya di sekolah. Dengan waktu menonton yang
cukup lama tersebut, membuat anak lebih mudah terobsesi dengan apa yang
dilihatnya di televisi.
Tidak semua orang tua menyadari
dampak buruk televisi. Bagi yang tidak sadar, cenderung melakukan pembiaran
bagi anak-anaknya untuk melihat tontonan yang ada di televisi, sepanjang anak
tersebut masih ada di dalam rumah dan masih bisa diawasi oleh orang tua. Entah
program yang dilihat tersebut memang cocok untuk anak-anak atau tidak. Karena
meskipun yang dilihat anak adalah film kartun tapi di dalamnya masih memuat
kekerasan, atau perkelahian. Apalagi yang ditonton tidak hanya film kartun saja
tetapi film-film atau sinetron-sinetron yang di dalamnya mengandung intrik-intrik,
konspirasi atau hanya mengumbar mimpi-mimpi indah. Dan menurut hasil survei
yang dilakukan oleh para ahli, seringkali anak-anak yang mempunyai perilaku
nakal, suka mengganggu anak lainnya, berlaku kasar adalah anak-anak yang paling
banyak menonton hiburan kekerasan.
Tetapi bagi orang tua yang sadar
benar dengan perkembangan anaknya akan memperhatikan secara sungguh-sungguh apa
yang sedang ditonton anak-anak mereka, apakah tontonan tersebut memang cocok
untuk perkembangan psikologi anaknya atau tidak.
Dampak lainnya nyaitu :
· Berpengaruh Terhadap Perkembangan Otak
Terhadap perkembangan otak anak usia
0-3 tahun dapat menimbulkan gangguan perkembangan bicara, menghambat kemampuan
membaca-verbal maupun pemahaman. Juga, menghambat kemampuan anak dalam
mengekspresikan pikiran melalui tulisan, meningkatkan agresivitas dan kekerasan
dalam usia 5-10 tahun, serta tidak mampu membedakan antara realitas dan
khayalan.
· Mendorong Anak Menjadi Konsumtif
Anak-anak merupakan target pengiklan
yang utama sehingga mendorong mereka menjadi konsumtif
· Berpengaruh Terhadap Sikap
Anak yang banyak menonton TV namun
belum memiliki daya kritis yang tinggi, besar kemungkinan terpengaruh oleh apa
yang ditampilkan di televisi. Mereka bisa jadi berpikir bahwa semua orang dalam
kelompok tertentu mempunyai sifat yang sama dengan orang di layar televisi. Hal
ini akan mempengaruhi sikap mereka dan dapat terbawa hingga mereka dewasa.
· Mengurangi semangat belajar
Bahasa televisi simpel, memikat, dan
membuat ketagihan sehingga sangat mungkin anak menjadi malas belajar
· Membentuk pola pikir sederhana
Terlalu sering menonton TV dan tidak
pernah membaca menyebabkan anak akan memiliki pola pikir sederhana, kurang
kritis, linier atau searah dan pada akhirnya akan mempengaruhi imajinasi,
intelektualitas, kreativitas dan perkembangan kognitifnya
· Mengurangi konsentrasi
Rentang waktu konsentrasi anak hanya
sekitar 7 menit, persis
seperti acara dari iklan ke iklan, akan dapat membatasi daya konsentrasi anak.
· Mengurangi kreativitas
Dengan adanya TV, anak-anak jadi
kurang bermain, mereka menjadi manusia-manusia yang individualistis dan
sendiri. Setiap kali mereka merasa bosan, mereka tinggal memencet remote
control dan langsung menemukan hiburan. Sehingga waktu liburan, seperti akhir
pekan atau libur sekolah, biasanya kebanyakan diisi dengan menonton TV. Mereka
seakan-akan tidak punya pilihan lain karena tidak dibiasakan untuk mencari
aktivitas lain yang menyenangkan. Ini membuat anak tidak kreatif.
· Meningkatkan kemungkinan obesitas
(kegemukan)
Kita biasanya tidak berolahraga dengan cukup karena kita biasa menggunakan waktu senggang untuk menonton TV, padahal TV membentuk pola hidup yang tidak sehat. Penelitian membuktikan bahwa lebih banyak anak menonton TV, lebih banyak mereka mengemil di antara waktu makan, mengonsumsi makanan yang diiklankan di TV dan cenderung memengaruhi orangtua mereka untuk membeli makanan-makanan tersebut. Anak-anak yang tidak mematikan TV sehingga jadi kurang bergerak beresiko untuk tidak pernah bisa memenuhi potensi mereka secara penuh. Selain itu, duduk berjam-jam di depan layar membuat tubuh tidak banyak bergerak dan menurunkan metabolisme, sehingga lemak bertumpuk, tidak terbakar dan akhirnya menimbulkan kegemukan.
Kita biasanya tidak berolahraga dengan cukup karena kita biasa menggunakan waktu senggang untuk menonton TV, padahal TV membentuk pola hidup yang tidak sehat. Penelitian membuktikan bahwa lebih banyak anak menonton TV, lebih banyak mereka mengemil di antara waktu makan, mengonsumsi makanan yang diiklankan di TV dan cenderung memengaruhi orangtua mereka untuk membeli makanan-makanan tersebut. Anak-anak yang tidak mematikan TV sehingga jadi kurang bergerak beresiko untuk tidak pernah bisa memenuhi potensi mereka secara penuh. Selain itu, duduk berjam-jam di depan layar membuat tubuh tidak banyak bergerak dan menurunkan metabolisme, sehingga lemak bertumpuk, tidak terbakar dan akhirnya menimbulkan kegemukan.
· Merenggangkan hubungan antar
anggota keluarga
Kebanyakan anak kita menonton TV
lebih dari 4 jam sehari sehingga waktu untuk bercengkrama bersama keluarga
biasanya ‘terpotong’ atau terkalahkan dengan TV. 40% keluarga menonton TV
sambil menyantap makan malam, yang seharusnya menjadi ajang ’berbagi cerita’
antar anggota keluarga. Sehingga bila ada waktu dengan keluarga pun, kita
menghabiskannya dengan mendiskusikan apa yang kita tonton di TV. Rata-rata, TV
dalam rumah hidup selama 7 jam 40 menit. Yang lebih memprihatinkan adalah
terkadang masing-masing anggota keluarga menonton acara yang berbeda di ruangan
rumah yang berbeda.
· Matang secara seksual lebih cepat
Banyak sekali sekarang tontonan
dengan adegan seksual ditayangkan pada waktu anak menonton TV sehingga anak mau
tidak mau menyaksikan hal-hal yang tidak pantas baginya. Dengan gizi yang bagus
dan rangsangan TV yang tidak pantas untuk usia anak, anak menjadi balig atau
matang secara seksual lebih cepat dari seharusnya. Dan sayangnya, dengan rasa
ingin tahu anak yang tinggi, mereka memiliki kecenderungan meniru dan mencoba
melakukan apa yang mereka lihat. Akibatnya seperti yang sering kita lihat
sekarang ini, anak menjadi pelaku dan sekaligus korban perilaku-perilaku
seksual. Persaingan bisnis semakin ketat antar Media, sehingga mereka sering
mengabaikan tanggung jawab sosial,moral & etika.
2.3 Upaya yang Dilakukan Untuk
Mencegah Dampak Negative dari tayanagan Televisi
Manusia memanfaatkan televisi
sebagai alat bantu yang paling efektif dan efisien. Informasi yang diinginkan
oleh banyak orang hampir semuanya dapat diperoleh dari berbagai program dan
tayangan berita di televisi yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan
material. Kegiatan menonton berita di televisi sering tidak terencana dan
bersifat tidak sadar. Apabila orangtua dari si anak dan remaja sedang menonton
berita, mereka juga turut serta menontonnya. Televisi dapat dengan mudah
melahap sebagian besar waktu sang anak yaitu waktu untuk belajar, membaca,
menggambar atau membantu pekerjaan rumah tangga.
Apabila berita di televisi
menyajikan tayangan yang bernuansa kekerasan, maka anak-anak dan remaja
cenderung menyukai dan menggemari tayangan tersebut karena mereka beranggapan
bahwa anak yang kuat akan disegani oleh teman-temannya. Apa yang dilihat pada
tayangan televisi itu biasanya akan ditiru mentah-mentah tanpa bersikap
selektif dalam memilih tayangan yang disajikan. Akibatnya, timbul kekhawatiran
akan pengaruh tayangan berita di televisi terhadap perilaku anak-anak dan
remaja.
Dari berbagai kemungkinan masalah
yang bisa timbul, tentu peran orang tua tidak bisa diabaikan, disiplin dan
pengawasan orang tua mutlak diperlukan. Sikap orang tua terhadap televisi akan
mempengaruhi perilaku anak. Maka sebaiknya orang tua lebih mengutamakan anak
daripada aktivitasnya. Orang tua yang terlalu asik dengan kesibukannya untuk
mencari nafkah akan berpengaruh terhadap kebiasaan sang anak yang tidak
teratur. Anak atau remaja yang sering diabaikan oleh orangtuanya seringkali
memiliki persepsi berbeda terhadap apa yang mereka lihat di televisi.
Di kala orang tua sudah selesai
dengan segala aktivitasnya, mereka biasanya menonton televisi. Menonton bersama
anak merupakan kebahagiaan tersendiri bagi orang tua. Namun secara tidak sadar
orang tua terkadang lalai dalam memilih tayangan mana yang sebaiknya disaksikan
oleh anak mereka. sebaiknya orang tua menentukan batasan bagi anak-anaknya
setelah membatasi dirinya terlebih dahulu untuk menonton televisi. Kemudian mengikutsertakan
anak dalam membuat batasan menonton juga menjadi cara efektif agar anak
menjadikan kegiatan menonton televisi hanya sebagai pilihan bukan sebagai
kebiasaan.
Orang tua harus bisa mengontrol
anaknya dengan cara mengawasi sang anak pada saat menyaksikan program televisi,
termasuk berita. Ketika tayangan berita tersebut mengandung unsur pornografis,
kekerasan, dan hedonisme, maka orang tua harus dapat memberikan penjelasan hal
mana saja yang patut dicontoh dan tidak. Untuk meminimalisir perubahan perilaku
menyimpang pada anak mereka akibat adanya tayangan tersebut, orang tua
sebaiknya mengusahakan agar televisi hanya sebagian kecil dari keseimbangan
hidup anak. Utamakan waktu untuk bermain bersama teman-temannya, untuk membaca
cerita dan istirahat, berjalan-jalan dan menikmati makan bersama keluarga.
Umumnya anak dan remaja senang belajar dengan melakukan berbagai hal, baik
sendiri maupun besama orang tuanya.
BAB
III
PEMECAHAN
MASALAH
Berdasarkan ekperimen yang dilakukan
oleh Bandura, dapat dilihat bahwa bahwa anak-anak mudah sekali melakukan
modelling. Oleh karena itu, tayangan TV yang tidak sesuai bagi anak dapat
membentuk dan meningkatkan perilaku agresif mereka.
Untuk mencegah dampak negatif
tayangan televisi, berikut beberapa cara yang dapat di lakukan:
·
Usahakan untuk mendampingi anak anda ketika
menonton dan diskusikan tayangan tersebut bersama. Dengan cara ini, anak anda
tidak hanya sekedar menonton tetapi mereka juga dapat memetik pelajaran
(insight) dari tayangan yg mereka tonton.
· Buatlah jadwal menonton TV dan daftar film apa saja yang boleh ditonton anak anda. Di luar jadwal tersebut, anda bisa mengisinya dengan “quality time” bersama anak anda, misalnya membantu mengerjakan PR, mengajari mereka memasak, berolahraga bersama, dan lain-lain.
· Buatlah jadwal menonton TV dan daftar film apa saja yang boleh ditonton anak anda. Di luar jadwal tersebut, anda bisa mengisinya dengan “quality time” bersama anak anda, misalnya membantu mengerjakan PR, mengajari mereka memasak, berolahraga bersama, dan lain-lain.
·
Maraknya tayangan yang tidak bermutu seperti
sinetron dan reality show yang direkayasa dapat disiasati dengan berlangganan
TV kabel. Banyak tayangan TV kabel yang bermutu bagi anak seperti Discovery
Channel for Kids atau National Geographic. Satu lagi keuntungan TV kabel adalah
anda dapat memproteksi saluran-saluran tertentu sehingga tidak dapat ditonton
anak anda.
·
Dalam menonton film di televisi, selalu lihat
rating film tersebut. Di Indonesia, biasanya rating tayangan TV dibagi menjadi
SU (semua umur), BO (Bimbingan Orangtua), dan D (Dewasa). Untuk film-film
Amerika, ratingnya dikeluarkan oleh MPAA (Motion Picture Association of
America). Rating ini bisa anda temukan di DVD yang biasa anda beli untuk
mengetahui apakah film-film tersebut layak dikonsumsi oleh anak-anak. Rating G
(General Audience) untuk semua umur, PG (Parental Guidance Suggested) untuk
semua umur tapi sebaiknya dengan bimbingan orangtua, PG-13 (Parents Strongly
Cautioned) beberapa materi tidak sesuai untuk anak di bawah 13 tahun, R
(Restricted) untuk mereka yang berusia 17 tahun ke atas, dan NC-17 (No One 17
and Under Admitted) untuk orang dewasa (dulu rating NC-17 menggunakan rating X
atau semi porno).
·
Terakhir tapi tidak kalah penting,
bekerjasamalah dengan seluruh penghuni rumah anda (termasuk pembantu anda)
untuk mengatur tayangan televisi di rumah anda karena inkonsistensi dapat
membuat anak anda bingung. Segeralah mengganti saluran atau matikan televisi
jika ada adegan yang tidak sesuai bagi anak anda.
· Batasi jam menonton anak, walaupun sulit dan mungkin ada
perlawanan dari anak sendiri, tetapi dengan memberikan pengertian kepadanya
diharapkan anak akan sedikit merubah kebiasaan menonton televisi.
·
Dampingi anak ketika menonton
televisi. Berikan pengertian seputar apa yang sedang ditontonnya. Bila ada
muatan kekerasan didalamnya, beri pengertian bahwa hal tersebut tidak baik
·
Agar anak dapat mengalihkan
konsentrasinya pada kebiasaan menonton televisi, lebih baik jika Anda berikan
buku-buku bacaan atau Anda bisa mengajak untuk melakukan kegiatan di luar rumah
tentunya dengan pengawasan Anda.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan kajian yang telah
diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh yang timbul akibat adanya
tayangan berita di televisi terhadap perilaku anak-anak dapat berupa pengaruh
negatif. Siaran berita di televisi berpengaruh terhadap anak-anak karena
kemampuan menciptakan kesan dan persepsi bahwa suatu muatan dalam layar kaca
menjadi lebih nyata dari realitasnya sehingga mereka ingin mencoba apa yang
mereka lihat di televisi itu agar dapat disebut sebagai anak gaul di
lingkungannya. Oleh sebab itu peran orang tua tidak bisa diabaikan, disiplin
dan pengawasan orang tua mutlak diperlukan. Sikap orang tua terhadap televisi
akan mempengaruhi perilaku anak mereka. Apabila orang tua mereka mengajarkan
dan membimbing ke arah yang baik, maka anak atau remaja tersebut tidak akan
terjerumus ke hal-hal yang tidak baik, dan begitupun sebaliknya.
4.2 Saran
1.
Pilihlah tayangan berita di televisi
yang tidak mengandung unsur pornografis, kekerasan dan hedonisme.
2.
Tentukan dan bedakan waktu menonton
televisi bagi anak-anak, remaja, dan yang sudah dewasa.
3.
Usahakan televisi hanya menjadi bagian
kecil dari keseimbangan hidup anak.
4.
Alihkan perhatian dan kegemaran anak
serta remaja dalam keluarga dari kecanduan menyaksikan acara televisi yang
ditayangkan setiap hari kepada bentuk-bentuk kegiatan dan kesenangan baru yang positif.
DAFTAR
PUSTAKA
Marwan. 2008. Dampak Siaran Televisi
Terhadap Kenakalan Remaja. [Terhubung Berkala] http://dutamasyar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar