assalamu'alaikum WR WB . selamat datang di tempat file saya (heri siswanto) disini banyak sekali file-file simpanan saya yang mungkin anda akan berminat dan juga saya mengucapkan banyak terima kasih atas kunjungan anda semoga isi dan lagu yang saya sediakan bisa sedikit menghibur anda di sa'at istirahat atau sambil bekerja file heri: dampak siaran TV terhadap kenakalan remaja ,bahasa indonesia Naruto Uzumaki Pointing Finger"), auto;}

Rabu, 26 Februari 2014

dampak siaran TV terhadap kenakalan remaja ,bahasa indonesia



KATA PENGANTAR
                  
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1.      Allah SWT yang  telah  memberikan  rahmatnya sehingga makalah ini dapat
2.      Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberikan yang terbaik untuk penulis
4.      Serta semua pihak yang telah membantu dalam  penyusunan makalah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Akhir kata penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini selanjutnya. Semoga  makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca yang budiman.

                                                                                                                 Penulis       

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………….i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………1
1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………………………………..1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………2
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………..2
1.4 Metode dan Prosedur……………………………………………………………...3
1.5 Sistematika Penulisan………………………………………………………………
BAB II TINJAUAN TEORITIS…………………………………………………….4
2.1 Pengertian dan sejarah Televisi……………………………………………………4
2.2 Pengaruh yang Timbul Akibat Tayangan Televisi Terhadap Perilaku Anak-anak..6
2.3 Upaya yang Dilakukan Untuk Mencegah Dampak Negative dari tayanagan Televisi…………………………………………………………………………….…10
BAB III PEMECAHAN MASALAH……………………………………………...12
BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………14
4.1 Kesimpulan……………………………………………………………………….14
4.2 Saran……………………………………….……………………………………..14
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….15

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan kebutuhan dasar manusia. Dalam proses komunikasi terdapat pertukaran informasi. Media massa yang dianggap paling mempengaruhi khalayaknya dalam hal penyampaian informasi adalah televisi. Kehadiran televisi dalam kehidupan manusia memunculkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan penyebaran informasi yang bersifat massal dan menghasilkan suatu efek sosial yang berpengaruh terhadap nilai-nilai sosial dan budaya manusia.
Program siaran televisi di Indonesia pada umumnya diproduksi oleh stasiun televisi yang bersangkutan. Stasiun televisi dapat memilih program yang menarik dan memiliki nilai jual kepada pemasang iklan, sementara perusahaan produksi acara televisi dapat meraih keuntungan dari produksinya. Pada umumnya isi program siaran di televisi meliputi acara seperti berita, dialog interaktif, program pedesaan, periklanan, kesenian dan budaya, film, sinetron, pendidikan, kuis, komedi, dan lain-lain.
Informasi yang diperoleh melalui siaran televisi dapat mengendap dalam daya ingatan manusia lebih lama dibandingkan dengan perolehan informasi yang sama tetapi melalui media lain. Alasannya karena informasi yang diperoleh melibatkan dua indera yaitu pendengaran (audio) dan penglihatan (visual) sekaligus secara stimultan pada saat yang bersamaan. Kemudian gambar yang disajikan melalui siaran televisi merupakan pemindahan bentuk, warna, ornamen, dan karakter yang sesungguhnya dari objek yang divisualisasikan (Muda, 2005).
Kini tayangan berita di televisi semakin banyak dan berkembang sehingga menyebabkan pihak stasiun televisi berlomba-lomba untuk menyajikan kemasan berita yang eksklusif dan istimewa agar diminati masyarakat. Berita yang disajikan terdiri atas tiga jenis, yaitu: hard news, depth news, dan feature news. Hard news adalah berita mengenai hal-hal penting yang langsung terkait dengan kehidupan masyarakat dan harus segera diketahui oleh masyarakat, seperti kasus kriminal.
Siaran berita kriminal di televisi kerap kali menayangkan berita-berita yang mengandung unsur pornografis, kekerasan, hedonisme, dan sebagainya yang ditampilkan di layar kaca. Berita tersebut disaksikan oleh berbagai lapisan masyarakat, diantaranya adalah anak-anak dan remaja. Mereka masih belum dapat memilih dan memilah mana tayangan yang seharusnya patut dicontoh dan tidak. Tayangan berita yang demikian dapat mempengaruhi perilaku anak-anak dan remaja yang notabene masih berjiwa labil. Maka, orangtua dituntut untuk memiliki andil besar dalam mengontrol perubahan yang terjadi pada anak-anak dan remaja. Berdasarkan latar belakang ini, maka dilakukanlah penulisan makalah mengenai pengaruh berita di televisi terhadap perilaku anak-anak dan remaja

1.2  Rumusan Masalah
Berkembangnya tayangan berita di televisi menambah informasi bagi masyarakat. Berita hadir karena permintaan pasar akan informasi tidak pernah surut, namun tidak sedikit dari isi berita yang dengan atau tanpa sengaja menyertakan unsur pornografis, kekerasan, dan hedonisme yang dapat mempengaruhi emosi pemirsa sehingga banyak diminati oleh masyarakat. Pengonsumsi berita tidak hanya kalangan orang dewasa, tetapi juga anak-anak dan para remaja. Anak-anak dan remaja merupakan bagian dari masyarakat yang pola pikirnya masih labil dan emosional, oleh sebab itu mereka akan dengan mudah terpengaruh pada tayangan berita di televisi.
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.                  Bagaimana pengaruh yang timbul akibat adanya tayangan berita di televisi terhadap perilaku anak-anak?
2.                  Bagaimana Solusi yang dilakukan orangtua untuk mencegah terjadinya perubahan perilaku menyimpang akibat adanya tayangan berita di televisi terhadap anak-anak?
1.3  Tujuan
1.  Mengetahui dampak negative dari  tayangan televise terhadap perilaku anak-anak
2.  Mengetahui solusi dari orang tua terhadap dampak negative dari televisi bagi anak-anak
1.4 Metode dan Prosedur
Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan mengumpulkan informasi dari berbagai narasumber  dan browsing di internet.Serta alternatif pemecahan masalah yang digunakan ialah pendekatan multidisipliner

1.5 Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengan menggunakan kaidah penulisan makalah secara umum

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1. Pengertian dan sejarah Televisi
Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang monokrom (hitam-putih) maupun berwarna. Kata "televisi" merupakan gabungan dari kata teleλε, "jauh") dari bahasa Yunani dan visio ("penglihatan") dari bahasa Latin, sehingga televisi dapat diartikan sebagai “alat komunikasi jarak jauh yang menggunakan media visual/penglihatan.”
Penggunaan kata "Televisi" sendiri juga dapat merujuk kepada "kotak televisi", "acara televisi", ataupun "transmisi televisi". Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia 'televisi' secara tidak formal sering disebut dengan TV (dibaca: tivi, teve ataupun tipi.)
Bermuladitemukannya electrische telekop sebagai perwujudan gagasan seorang mahasiswadari Berlin (Jerman Timur) yang bernama Paul Nipkov. Untuk mengirim gambar melalui udara dari satu tempat ke tempat yang lain. Hal ini terjadi antara tahun1883-1884. Akhirnya Nipkov diakui sebagai bapak televisi.Akan tetapi televisi baru bisa dinikmati oleh pihak publik ketika khalayakdapat menonton siaran rapat dewan keamanan PBB digedung olah raga perguruantinggi Hunter, New York pada tahun 1946.Para wartawan dan undangan padasaat itu bukan hanya tertarik dengan perdebatan yang ada akan tetapi juga tertarikdengan suatu alat baru yang membuat mereka lebih jelas menyaksikan apa yangterjadi dalam persidangan walaupun terhalang oleh dinding.Sejak saat itu televisi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Mulaidari Amerika, Inggris dan di Indonesia televisi baru ada pada tahun 1962.

Kotak televisi pertama kali dijual secara komersial sejak tahun 1920-an, dan sejak saat itu televisi telah menjadi barang biasa di rumah, kantor bisnis, maupun institusi, khususnya sebagai sumber kebutuhan akan hiburan dan berita serta menjadi media periklanan. Sejak 1970-an, kemunculan kaset video, cakram laser, DVD dan kini cakram Blu-ray, juga menjadikan kotak televisi sebagai alat untuk untuk melihat materi siaran serta hasil rekaman. Dalam tahun-tahun terakhir, siaran televisi telah dapat diakses melalui Internet, misalnya melalui iPlayer dan Hulu.
Sekelompok keluarga berkebangsaan Amerika sedang menonton TV, 1958
Walaupun terdapat bentuk televisi lain seperti televisi sirkuit tertutup, namun jenis televisi yang paling sering digunakan adalah televisi penyiaran, yang dibuat berdasarkan sistem penyiaran radio yang dikembangkan sekitar tahun 1920-an, menggunakan pemancar frekuensi radio berkekuatan tinggi untuk memancarkan gelombang televisi ke penerima gelombang televisi.
Penyiaran TV biasanya disebarkan melalui gelombang radio VHF dan UHF dalam jalur frekuensi yang ditetapkan antara 54-890 megahertz[1]. Kini gelombang TV juga sudah memancarkan jenis suara stereo ataupun bunyi keliling di banyak negara. Hingga tahun 2000, siaran TV dipancarkan dalam bentuk gelombang analog, tetapi belakangan ini perusahaan siaran publik maupun swasta kini beralih ke teknologi penyiaran digital.
Sebuah kotak televisi terdiri dari bermacam-macam sirkuit elektronik didalamnya, termasuk di antaranya sirkuit penerima dan penangkap gelombang penyiaran. Perangkat tampilan visual yang tidak memiliki perangkat penerima sinyal biasanya disebut sebagai monitor, bukannya televisi. Sebuah sistem televisi dapat dipakai dalam berbagai penggunaan teknologi seperti analog (PAL, NTSC, SECAM), digital (DVB, ATSC, ISDB dsb.) ataupun definisi tinggi (HDTV). Sistem televisi kini juga digunakan untuk pengamatan suatu peristiwa, pengontrolan proses industri, dan pengarahan senjata, terutama untuk tempat-tempat yang biasanya terlalu berbahaya untuk diobservasi secara langsung.
Televisi amatir (ham TV atau ATV) digunakan untuk kegiatan percobaan dan hiburan publik yang dijalankan oleh operator radio amatir. Stasiun TV amatir telah digunakan pada kawasan perkotaan sebelum kemunculan stasiun TV komersial.[2]
Televisi telah memainkan peran penting dalam sosialisasi abad 20 dan 21. Pada tahun 2010, iPlayer digunakan dalam aspek media sosial dalam bentuk layanan televisi internet, termasuk di antaranya adalah Facebook dan Twitter.[3]

2.2 Pengaruh yang Timbul Akibat Tayangan Televisi Terhadap Perilaku Anak-anak
Televisi adalah salah satu bentuk teknologi yang dapat memberikan solusi untuk memenuhi tuntutan zaman sekarang. Dibandingkan dengan pendahulunya yaitu surat kabar dan radio, televisi memiliki beberapa kelebihan. Televisi dapat menguasai ruang dan jarak, mencapai sasaran yang sangat luas, memiliki nilai aktualitas terhadap suatu pemberitaan dan informasi yang sangat cepat, serta bersifat audiovisual sehingga meningkatkan daya rangsang dan pemahaman seseorang terhadap informasi yang disajikan (Kuswandi, 1998).
Salah satu program televisi yang tetap menjadi program utama di sebuah stasiun televisi adalah berita. Berita televisi yang merupakan perkembangan dari teknologi modern, merujuk pada praktek penyebaran informasi mengenai peristiwa terbaru melalui media televisi. Acara berita bisa berlangsung dari beberapa detik hingga beberapa jam dengan menyajikan perkembangan terbaru peristiwa-peristiwa lokal/regional maupun internasional. Stasiun televisi biasanya menyajikan program berita sebagai bagian dari acara berkalanya, dan disiarkan setiap hari pada waktu-waktu tertentu. Kadang-kadang acara televisi juga bisa diselipi dengan ‘berita sekilas’ untuk memberikan laporan mutakhir mengenai suatu peristiwa yang sedang terjadi atau berita dadakan lain yang penting.

Dunia teknologi yang semakin canggih bagaikan koin yang memiliki dua sisi berlawanan. Selain dapat menimbulkan dampak positif seperti memudahkan dalam mengetahui berbagai informasi, juga dapat membawa suatu dampak negatif yang cukup meluas di berbagai lapisan masyarakat. Lapisan masyarakat yang paling mudah terbius dan terpengaruh dengan apa yang dilihatnya adalah anak-anak dan remaja. Marwan (2008) menyatakan bahwa: “Usia anak-anak dan remaja merupakan masa labil seseorang. Dimana pada saat itu timbul rasa ingin menunjukkan diri “ini aku”. Oleh karena itu sikap meniru pada kalangan remaja merupakan suatu bentuk dari masa pubertas yang dialami oleh keadaan jiwa yang masih labil”. Artinya jika mereka tidak dapat mengontrol diri dengan baik dan apabila waktu luang tidak dapat dimanfaatkan dengan sebaik mungkin, maka perbuatan iseng dan kenakalan lainnya mudah sekali terjadi.

Televisi ternyata memberikan dampak yang luar biasa bagi anak-anak. Menurut catatan KPID Jawa Timur, anak Indonesia rata-rata menonton televisi selama 30-35 jam dalam sepekan. Benar-benar waktu yang lebih lama dari waktu belajarnya di sekolah. Dengan waktu menonton yang cukup lama tersebut, membuat anak lebih mudah terobsesi dengan apa yang dilihatnya di televisi.
Tidak semua orang tua menyadari dampak buruk televisi. Bagi yang tidak sadar, cenderung melakukan pembiaran bagi anak-anaknya untuk melihat tontonan yang ada di televisi, sepanjang anak tersebut masih ada di dalam rumah dan masih bisa diawasi oleh orang tua. Entah program yang dilihat tersebut memang cocok untuk anak-anak atau tidak. Karena meskipun yang dilihat anak adalah film kartun tapi di dalamnya masih memuat kekerasan, atau perkelahian. Apalagi yang ditonton tidak hanya film kartun saja tetapi film-film atau sinetron-sinetron yang di dalamnya mengandung intrik-intrik, konspirasi atau hanya mengumbar mimpi-mimpi indah. Dan menurut hasil survei yang dilakukan oleh para ahli, seringkali anak-anak yang mempunyai perilaku nakal, suka mengganggu anak lainnya, berlaku kasar adalah anak-anak yang paling banyak menonton hiburan kekerasan.
Tetapi bagi orang tua yang sadar benar dengan perkembangan anaknya akan memperhatikan secara sungguh-sungguh apa yang sedang ditonton anak-anak mereka, apakah tontonan tersebut memang cocok untuk perkembangan psikologi anaknya atau tidak.
Dampak lainnya nyaitu :
·         Berpengaruh Terhadap Perkembangan Otak
Terhadap perkembangan otak anak usia 0-3 tahun dapat menimbulkan gangguan perkembangan bicara, menghambat kemampuan membaca-verbal maupun pemahaman. Juga, menghambat kemampuan anak dalam mengekspresikan pikiran melalui tulisan, meningkatkan agresivitas dan kekerasan dalam usia 5-10 tahun, serta tidak mampu membedakan antara realitas dan khayalan.
·         Mendorong Anak Menjadi Konsumtif
Anak-anak merupakan target pengiklan yang utama sehingga mendorong mereka menjadi konsumtif
·         Berpengaruh Terhadap Sikap
Anak yang banyak menonton TV namun belum memiliki daya kritis yang tinggi, besar kemungkinan terpengaruh oleh apa yang ditampilkan di televisi. Mereka bisa jadi berpikir bahwa semua orang dalam kelompok tertentu mempunyai sifat yang sama dengan orang di layar televisi. Hal ini akan mempengaruhi sikap mereka dan dapat terbawa hingga mereka dewasa.
·         Mengurangi semangat belajar
Bahasa televisi simpel, memikat, dan membuat ketagihan sehingga sangat mungkin anak menjadi malas belajar
·         Membentuk pola pikir sederhana
Terlalu sering menonton TV dan tidak pernah membaca menyebabkan anak akan memiliki pola pikir sederhana, kurang kritis, linier atau searah dan pada akhirnya akan mempengaruhi imajinasi, intelektualitas, kreativitas dan perkembangan kognitifnya
·         Mengurangi konsentrasi
Rentang waktu konsentrasi anak hanya sekitar 7 menit, persis seperti acara dari iklan ke iklan, akan dapat membatasi daya konsentrasi anak.
·         Mengurangi kreativitas
Dengan adanya TV, anak-anak jadi kurang bermain, mereka menjadi manusia-manusia yang individualistis dan sendiri. Setiap kali mereka merasa bosan, mereka tinggal memencet remote control dan langsung menemukan hiburan. Sehingga waktu liburan, seperti akhir pekan atau libur sekolah, biasanya kebanyakan diisi dengan menonton TV. Mereka seakan-akan tidak punya pilihan lain karena tidak dibiasakan untuk mencari aktivitas lain yang menyenangkan. Ini membuat anak tidak kreatif.
·         Meningkatkan kemungkinan obesitas (kegemukan)
Kita biasanya tidak berolahraga dengan cukup karena kita biasa menggunakan waktu senggang untuk menonton TV, padahal TV membentuk pola hidup yang tidak sehat. Penelitian membuktikan bahwa lebih banyak anak menonton TV, lebih banyak mereka mengemil di antara waktu makan, mengonsumsi makanan yang diiklankan di TV dan cenderung memengaruhi orangtua mereka untuk membeli makanan-makanan tersebut. Anak-anak yang tidak mematikan TV sehingga jadi kurang bergerak beresiko untuk tidak pernah bisa memenuhi potensi mereka secara penuh. Selain itu, duduk berjam-jam di depan layar membuat tubuh tidak banyak bergerak dan menurunkan metabolisme, sehingga lemak bertumpuk, tidak terbakar dan akhirnya menimbulkan kegemukan.
·         Merenggangkan hubungan antar anggota keluarga
Kebanyakan anak kita menonton TV lebih dari 4 jam sehari sehingga waktu untuk bercengkrama bersama keluarga biasanya ‘terpotong’ atau terkalahkan dengan TV. 40% keluarga menonton TV sambil menyantap makan malam, yang seharusnya menjadi ajang ’berbagi cerita’ antar anggota keluarga. Sehingga bila ada waktu dengan keluarga pun, kita menghabiskannya dengan mendiskusikan apa yang kita tonton di TV. Rata-rata, TV dalam rumah hidup selama 7 jam 40 menit. Yang lebih memprihatinkan adalah terkadang masing-masing anggota keluarga menonton acara yang berbeda di ruangan rumah yang berbeda.
·         Matang secara seksual lebih cepat
Banyak sekali sekarang tontonan dengan adegan seksual ditayangkan pada waktu anak menonton TV sehingga anak mau tidak mau menyaksikan hal-hal yang tidak pantas baginya. Dengan gizi yang bagus dan rangsangan TV yang tidak pantas untuk usia anak, anak menjadi balig atau matang secara seksual lebih cepat dari seharusnya. Dan sayangnya, dengan rasa ingin tahu anak yang tinggi, mereka memiliki kecenderungan meniru dan mencoba melakukan apa yang mereka lihat. Akibatnya seperti yang sering kita lihat sekarang ini, anak menjadi pelaku dan sekaligus korban perilaku-perilaku seksual. Persaingan bisnis semakin ketat antar Media, sehingga mereka sering mengabaikan tanggung jawab sosial,moral & etika.

2.3 Upaya yang Dilakukan Untuk Mencegah Dampak Negative dari tayanagan Televisi
Manusia memanfaatkan televisi sebagai alat bantu yang paling efektif dan efisien. Informasi yang diinginkan oleh banyak orang hampir semuanya dapat diperoleh dari berbagai program dan tayangan berita di televisi yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan material. Kegiatan menonton berita di televisi sering tidak terencana dan bersifat tidak sadar. Apabila orangtua dari si anak dan remaja sedang menonton berita, mereka juga turut serta menontonnya. Televisi dapat dengan mudah melahap sebagian besar waktu sang anak yaitu waktu untuk belajar, membaca, menggambar atau membantu pekerjaan rumah tangga.
Apabila berita di televisi menyajikan tayangan yang bernuansa kekerasan, maka anak-anak dan remaja cenderung menyukai dan menggemari tayangan tersebut karena mereka beranggapan bahwa anak yang kuat akan disegani oleh teman-temannya. Apa yang dilihat pada tayangan televisi itu biasanya akan ditiru mentah-mentah tanpa bersikap selektif dalam memilih tayangan yang disajikan. Akibatnya, timbul kekhawatiran akan pengaruh tayangan berita di televisi terhadap perilaku anak-anak dan remaja.
Dari berbagai kemungkinan masalah yang bisa timbul, tentu peran orang tua tidak bisa diabaikan, disiplin dan pengawasan orang tua mutlak diperlukan. Sikap orang tua terhadap televisi akan mempengaruhi perilaku anak. Maka sebaiknya orang tua lebih mengutamakan anak daripada aktivitasnya. Orang tua yang terlalu asik dengan kesibukannya untuk mencari nafkah akan berpengaruh terhadap kebiasaan sang anak yang tidak teratur. Anak atau remaja yang sering diabaikan oleh orangtuanya seringkali memiliki persepsi berbeda terhadap apa yang mereka lihat di televisi.

Di kala orang tua sudah selesai dengan segala aktivitasnya, mereka biasanya menonton televisi. Menonton bersama anak merupakan kebahagiaan tersendiri bagi orang tua. Namun secara tidak sadar orang tua terkadang lalai dalam memilih tayangan mana yang sebaiknya disaksikan oleh anak mereka. sebaiknya orang tua menentukan batasan bagi anak-anaknya setelah membatasi dirinya terlebih dahulu untuk menonton televisi. Kemudian mengikutsertakan anak dalam membuat batasan menonton juga menjadi cara efektif agar anak menjadikan kegiatan menonton televisi hanya sebagai pilihan bukan sebagai kebiasaan.
Orang tua harus bisa mengontrol anaknya dengan cara mengawasi sang anak pada saat menyaksikan program televisi, termasuk berita. Ketika tayangan berita tersebut mengandung unsur pornografis, kekerasan, dan hedonisme, maka orang tua harus dapat memberikan penjelasan hal mana saja yang patut dicontoh dan tidak. Untuk meminimalisir perubahan perilaku menyimpang pada anak mereka akibat adanya tayangan tersebut, orang tua sebaiknya mengusahakan agar televisi hanya sebagian kecil dari keseimbangan hidup anak. Utamakan waktu untuk bermain bersama teman-temannya, untuk membaca cerita dan istirahat, berjalan-jalan dan menikmati makan bersama keluarga. Umumnya anak dan remaja senang belajar dengan melakukan berbagai hal, baik sendiri maupun besama orang tuanya.

 
BAB III
PEMECAHAN MASALAH
Berdasarkan ekperimen yang dilakukan oleh Bandura, dapat dilihat bahwa bahwa anak-anak mudah sekali melakukan modelling. Oleh karena itu, tayangan TV yang tidak sesuai bagi anak dapat membentuk dan meningkatkan perilaku agresif mereka.
Untuk mencegah dampak negatif tayangan televisi, berikut beberapa cara yang dapat di lakukan:
·          Usahakan untuk mendampingi anak anda ketika menonton dan diskusikan tayangan tersebut bersama. Dengan cara ini, anak anda tidak hanya sekedar menonton tetapi mereka juga dapat memetik pelajaran (insight) dari tayangan yg mereka tonton.
·          Buatlah jadwal menonton TV dan daftar film apa saja yang boleh ditonton anak anda. Di luar jadwal tersebut, anda bisa mengisinya dengan “quality time” bersama anak anda, misalnya membantu mengerjakan PR, mengajari mereka memasak, berolahraga bersama, dan lain-lain.
·          Maraknya tayangan yang tidak bermutu seperti sinetron dan reality show yang direkayasa dapat disiasati dengan berlangganan TV kabel. Banyak tayangan TV kabel yang bermutu bagi anak seperti Discovery Channel for Kids atau National Geographic. Satu lagi keuntungan TV kabel adalah anda dapat memproteksi saluran-saluran tertentu sehingga tidak dapat ditonton anak anda.
·          Dalam menonton film di televisi, selalu lihat rating film tersebut. Di Indonesia, biasanya rating tayangan TV dibagi menjadi SU (semua umur), BO (Bimbingan Orangtua), dan D (Dewasa). Untuk film-film Amerika, ratingnya dikeluarkan oleh MPAA (Motion Picture Association of America). Rating ini bisa anda temukan di DVD yang biasa anda beli untuk mengetahui apakah film-film tersebut layak dikonsumsi oleh anak-anak. Rating G (General Audience) untuk semua umur, PG (Parental Guidance Suggested) untuk semua umur tapi sebaiknya dengan bimbingan orangtua, PG-13 (Parents Strongly Cautioned) beberapa materi tidak sesuai untuk anak di bawah 13 tahun, R (Restricted) untuk mereka yang berusia 17 tahun ke atas, dan NC-17 (No One 17 and Under Admitted) untuk orang dewasa (dulu rating NC-17 menggunakan rating X atau semi porno).
·          Terakhir tapi tidak kalah penting, bekerjasamalah dengan seluruh penghuni rumah anda (termasuk pembantu anda) untuk mengatur tayangan televisi di rumah anda karena inkonsistensi dapat membuat anak anda bingung. Segeralah mengganti saluran atau matikan televisi jika ada adegan yang tidak sesuai bagi anak anda.
·         Batasi jam menonton anak, walaupun sulit dan mungkin ada perlawanan dari anak sendiri, tetapi dengan memberikan pengertian kepadanya diharapkan anak akan sedikit merubah kebiasaan menonton televisi.
·                     Dampingi anak ketika menonton televisi. Berikan pengertian seputar apa yang sedang ditontonnya. Bila ada muatan kekerasan didalamnya, beri pengertian bahwa hal tersebut tidak baik
·                     Agar anak dapat mengalihkan konsentrasinya pada kebiasaan menonton televisi, lebih baik jika Anda berikan buku-buku bacaan atau Anda bisa mengajak untuk melakukan kegiatan di luar rumah tentunya dengan pengawasan Anda.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan kajian yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh yang timbul akibat adanya tayangan berita di televisi terhadap perilaku anak-anak dapat berupa pengaruh negatif. Siaran berita di televisi berpengaruh terhadap anak-anak karena kemampuan menciptakan kesan dan persepsi bahwa suatu muatan dalam layar kaca menjadi lebih nyata dari realitasnya sehingga mereka ingin mencoba apa yang mereka lihat di televisi itu agar dapat disebut sebagai anak gaul di lingkungannya. Oleh sebab itu peran orang tua tidak bisa diabaikan, disiplin dan pengawasan orang tua mutlak diperlukan. Sikap orang tua terhadap televisi akan mempengaruhi perilaku anak mereka. Apabila orang tua mereka mengajarkan dan membimbing ke arah yang baik, maka anak atau remaja tersebut tidak akan terjerumus ke hal-hal yang tidak baik, dan begitupun sebaliknya.

4.2 Saran
1.                  Pilihlah tayangan berita di televisi yang tidak mengandung unsur pornografis, kekerasan dan hedonisme.
2.                  Tentukan dan bedakan waktu menonton televisi bagi anak-anak, remaja, dan yang sudah dewasa.
3.                  Usahakan televisi hanya menjadi bagian kecil dari keseimbangan hidup anak.
4.                  Alihkan perhatian dan kegemaran anak serta remaja dalam keluarga dari kecanduan menyaksikan acara televisi yang ditayangkan setiap hari kepada bentuk-bentuk kegiatan dan kesenangan baru yang positif.

DAFTAR PUSTAKA


Marwan. 2008. Dampak Siaran Televisi Terhadap Kenakalan Remaja. [Terhubung Berkala] http://dutamasyar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar