assalamu'alaikum WR WB . selamat datang di tempat file saya (heri siswanto) disini banyak sekali file-file simpanan saya yang mungkin anda akan berminat dan juga saya mengucapkan banyak terima kasih atas kunjungan anda semoga isi dan lagu yang saya sediakan bisa sedikit menghibur anda di sa'at istirahat atau sambil bekerja file heri: makalah ulumul qur'an dan ruang lingkup pembahasannya Naruto Uzumaki Pointing Finger"), auto;}

Rabu, 26 Februari 2014

makalah ulumul qur'an dan ruang lingkup pembahasannya



BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang.


Al Qur’an merupakan kalam Illahi yang di wahyukan kepada Rasulillah Muhammad SAW untuk disampaikan kepada segenap umat manusia di dunia da dijadikan sebagai pedoman hidup bagi manusia dan merupakan kitab suci bagi umat islam, namun tidak banyak orang yang mengetahui apa itu sebenarnya yang dinamakan Al Qur’an, serta bagaimana proses awal pembukuan serta pembakuan Al Qur’an itu sendiri, maka dari itu makalah ini akan membahas seputar pengertian Al Qur’an dan proses pembukuan serta pembakuan Al Qur’an hingga menjadi Al Qur’an yang utuh yang sering kita baca pada setiap harinya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususya.
Al-Quran tidak henti-hentinya diteliti dan dikaji. Kandungan kitab suci tersebut terus menerus digali oleh para pengkajinya. Mereka berusaha menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tentang otentisitas al-Quran, kebenaran kandungannya, nilai-nilai universal yang terkandung di dalamnya, dan eksistensi al-Quran sebagai mukjizat abadi Nabi Muhammad saw.
Kajian al-Quran sebagai mukjizat ini berkenaan dengan kehebatan al-Quran dalam menantang dan mengalahkan berbagai upaya orang-orang yang mencari atau mencari-cari kekurangan atau kelemahan al-Quran. Tantangan al-Quran dan kemampuan mengalahkan “musuh-musuhnya” itu ini dinamakan i’jaz atau mukjizat al-Quran.
I’jaz atau mukjizat al-Quran adalah studi tentang bagaimana al-Quran mampu melindungi dirinya dari beragam “serangan”, baik yang berbentuk ketidakpercayaan, maupun keragu-raguan sampai pengingkaran terhadapnya. Pada saat yang sama, al-Quran juga mampu melakukan counter attack yang mampu mementahkan dan mengalahkan serangan-serangan tersebut.
Makalah ini akan membahas tentang pengertian i’jaz dan mukjizat, jenis-jenis mukjizat, unsur-unsur mukjizat, segi-segi kemukjizatan al-Quran, dan faktor-faktor  yang menyebabkan kegagalan dan ketidakmampuan bangsa Arab-dan manusia pada umumnya-dalam menandingi  al-Quran.


B.     Rumusan Masalah.

Adapun rumusan masalah yang di muat pada makalah ini yaitu :
1.      Apa fungsi utama pada Al-Qur’an.
2.      Apakah yang dimaksud dengan I’jaz Al-Qur’an dan macam-macamnya.
3.      Adakah mu’jizat Qur’an.


C.     Tujuan masalah.

1.      Mengetahui fungsi utama Al-Qur’an
2.      Menjelaskan pengertian I’jaz Al-Qur’an dan macam-macamnya.
3.      Mengetahui mu’jizat pada Al-Qur’an.


 
BAB II
PEMBAHASAN


A.    Fungsi Utama Al-Qur’an


Ada 4 Fungsi al Quran seperti yang dijelaskan dalam Surat 10 (Yunus) ayat 57. : ”Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”

Fungsi yang pertama dari Al Quran disebut pelajaran atau pengajaran , sebagai bentuk tanda kasih sayang Allah kepada hambaNya . Salah satu bentuk pengajaran yang digunakan al Quran untuk menyampaikan pesan pesannya ialah melalui kisah-kisah. Itulah sebabnya banyak nama nama surat yang diambil dari nama nama rosul, karena banyak cerita cerita rosul. 

Dari sekian banyak kisah kisah dalam Al Quran , maka kisah yang terbaik ada pada Surat Jusuf (12) ayat 3 yang artinya : “Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum (kami mewahyukan) nya adalah Termasuk orang-orang yang belum mengetahui”. Kisah mengenai Nabi Jusuf ini dinilai yang terbaik karena didalam surat tersebut menceritakan kisah nabi Jusuf dari anak anak hingga dewasa hanya dalam satu surat saja. Juga dalam surat ini ada kisah dari seorang ayah yang menpunyai problem dengan anak anaknya. 

Kalau kisah nabi nabi lain terdapat dalam beberapa surat. Salah satu kisah dalam surat Yusuf yang dapat dihubungkan dengan keadaan yang aktual adalah bagaimana kita menghadapi tekanan yang berat setelah mencoba mengatasi semampunya: Surat Yusuf (12) ayat 86: “Ya'qub menjawab: "Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya" Perbedaan Kesusahan dan Kesedihan.

Kesedihan : menyangku sesuatu yang pernah terjadi dengan kita.
Kesusahan : menyangkut harapan yang tidak tercapai.
Al Quran mengajarkan : melalui kisah ini memberi pelajaran bagaimanapun beratnya cobaan seseorang, kalau orang itu berprinsip seperti Nabi Yakub, yaitu menyerahkan masalahnya kepada Allah swt setelah di mencoba mengatasinya secara maksimal, maka akhirnya pasti baik. Hanya saja umumnya manusia suka terlalu percaya diri membawa masalahnya sendiri kemana mana . Mustinya : tetapkan dan serahkan dengan ikhlas kepada Allah, maka Allah pasti member solusi.

Kisah kisah dalam Al Quran bukanlah fiktif, semuanya kisah nyata.
Surat 12 (Yusuf) ayat 110 s/d 111 : Ayat 110 : "Sehingga apabila Para Rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan mereka) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada Para Rasul itu pertolongan Kami, lalu diselamatkan orang-orang yang Kami kehendaki. dan tidak dapat ditolak siksa Kami dari pada orang-orang yang berdosa". Ayat 111 : "Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman" Dalam fakta kehidupan kita, sebenarnya tidak ada jalan buntu, yang ada hanyalah pikiran orang yang buntu. Jadi kalau sesorang sedang berada dalam puncak masalah , itu artinya pertolongan Allah segera datang.

Surat Albaqarah ayat 214 : "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, Padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat dekat" Jadi Kalau ada orang merasa hidupnya jauh dari pertolongan Allah , itu hanyalah perasaannya saja , bukan dalam faktanya. Faktanya Allah selalu dekat dan selalu ingin mengurus urusan hambaNYa.

Surat 10 (Yunus) ayat 3 : "Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian Itulah Allah, Tuhan kamu, Maka sembahlah Dia. Maka Apakah kamu tidak mengambil pelajaran?"
Artinya : Allah di Arsy mengatur segala urusan termasuk kehidupan kita , mengabulkan doa doa kita.

Al Baqarah ayat 29 : "Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu". Dari sini dapat disimpulkan bahwa Allah menciptakan segalanya untuk memenuhi semua KEBUTUHAN manusia (bukan keinginannnya !!).

Surat 14 (Ibrahim) ayat 34: "Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)". Fungsi pertama dari Al Quran adalah untuk PELAJARAN bagi manusia. Maka siapapun yang ingin mengambil pelajaran yang terbaik ambillah dari Al Qur’an. 

Fungsi yang kedua Al Quran adalah sebagai PENYEMBUH penyakit hati (spiritual). Orang yang sakit fisik sebenarnya tidak terlalu masalah bagi kehidupan akhiratnya kelak. Tapi yang menjadi masalah apabila seseorang mempunyai penyakit hati yang dapat merusak keimanannya. Apabila seseorang telah rusak atau sampai hilang keimanannya, maka manusia itu jahatnya melebihi binatang. 

Penyakit yang paling tua yang diidap mahluk Tuhan adalah TAKABUR. Yang mengindapnya adalah IBLIS. Pada saat Allah memerintah iblis untuk sujud kepada Nabi Adam, iblis menolaknya dengan alasan ia lebih mulia dari Adam karena terbuat dari api, sementara Adam terbuat dari tanah. Takabur artinya : menolak kebenaran, melecehkan sesama = sombong. Motif /sebab TAKABUR macam macam : Jabatan; harta, kedudukan, ilmu ,nasab.

Penyakit yang kedua adalah : SERAKAH /TAMAK. Pelakunya : Nabi Adam, Surat 20 (Thaaha) ayat 120 : "Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa (kekal)?". Pohon itu dinamakan Syajaratulkhuldi (pohon kekekalan), karena menurut syaitan, orang yang memakan buahnya akan kekal, tidak akan mati, pohon yang dilarang Allah mendekatinya tidak dapat dipastikan, sebab Al Quran dan Hadist tidak menerangkannya. ada yang menamakan pohon khuldi sebagaimana tersebut dalam surat Thaha ayat 120, tapi itu adalah nama yang diberikan syaitan. Manusia oleh Allah sejak awal telah dibekali dengan perasaan naluri merasa BELUM CUKUP, sehingga rasa penasaran dan ingin tahu itu besar dan tidak bisa dibendung sehingga melanggar larangan.

Penyakit manusia yang ketiga adalah Dzolim terhadap diri sendiri. Adapun jenis penyakit yang keempat adalah DENGKI atau HASAD, Surat 3 (Ali Imran) ayat 120: "Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan". Awal ayat ini itulah yang namanya DENGKI. Ayat lanjutannya menyatakan : jika kita dalam posisi di dengki orang, itu tidak akan ada ruginya apapun apabila disikapi dengan benar/tepat ( sabar  dan takwa). Karena pahala dia pindah ke kita. Seandainya dia tidak punya pahala, maka dosa kitalah yang beralih kepadanya. Jadi ucapan yang tepat kalau ada orang dengki pada kita adalah : ALHAMDULILLAH. Penyakit dengki inilah yang menyebabkan orang susah tidur, susah bahagia, tidak tentram.

Empat PENYAKIT ITULAH YANG HARUS DIHINDARI. Karena penyakit itu sangat menggerogoti keimanan manusia. Bagaimana menyembuhkannya? Petunjuk Al-Quran lah yang bisa meyembuhkannya.

Ciri kalau orang tidak bersyukur : kalau dia mendapat anugrah ia akan mengklaim itu adalah hasil jerih payahnya semata.

Surat (Al Qashas) 28 ayat 78 : "Karun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku". dan Apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka". Ini berbeda dengan nabi Sulaeman.

Fungsi yang ketiga dari al Quran adalah sebagai petunjuk.(hidayah). Petunjuk untuk siapa ? Sesungguhnya Quran adalah sebagai petunjuk bagi seluruh manusia , tapi hanya orang yang bertaqwa sajalah yang dapat mengambil petunjuk dari Al Quran. Petunjuk /hidayah itu bertingkat tingkat. 

Yang pertama : Berupa hidayah naluri – contohnya : naluri haus; lapar dll. Fungsinya untuk mempertahnakan hidup. 

Yang kedua : berupa petunjuk indrawi /pancaindra : bisa mendengar; bisa melihat dan meraba. Dalam al Quran ada 3 yang paling sering disebut (Surat 16 ayat 78) : "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.

Yang ketiga : hidayah akal . Akal manusia inilah merupakan bagian dari anugrah Allah swt. Sehingga seringkali diulang ulang dalam Al Quran : Afala Ta’qilun.

Yang ke empat : hidayah agama. Surat 17 , ayat 15. : Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), Maka Sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat Maka Sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan meng'azab sebelum Kami mengutus seorang rasul.

Fungsi yang keempat dari al Quran adalah sebagai RAHMAT, bentuk kasih sayang Allah. Rahman : hak prerogative Allah , artinya kasih sayang yang sempurna. Rahim artinya : sayang dimana berangkat dari ketidak tegaan melihat hambaNya , melihat orang lain .

Jadi kalau al Quran menyebut sebagai petunjuk, rahmat bagi manusia, maka kalau ada orang yang merasa tidak mendapat rahmat dari Allah, bukan karena Allah pilih kasih. Tapi karena manusianya tidak meyiapkan dirinya /hatinya untuk menerima petunjuk dan rahmat.


B.     Pengertian sejarah turunnya Al-Qur’an


A. Sejarah Turunnya dan Perkembangan Ulumul Qur’an
Dimasa Rasulullah saw dan para sahabat, Ulumul Qur’an belum dikenal sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri dan tertulis. Para sahabat adalah orang-orang Arab Asli yang dapat merasakan struktur bahasa Arab yang tinggi dan memahami apa yang diturunkan kepada Rasul saw
Adapun mengenai kemampuan Rasul memahami al-Qur’an tentunya tidak diragukan lagi karena Dialah yang menerimanya dari Allah swt, dan Allah mengajarinya segala sesuatu.
Ada tiga faktor yang menyebabkan Ulumul Qur’an tidak dibukukan pada masa Rasul dan sahabat, yaitu:
1. Kondisinya tidak membutuhkan karena kemampuan mereka yang besar dan tidak memahami Al-Qur’an dan Rasul dapat menjelaskan maksudnya.
2. Para sahabat sedikit sekali yang pandai menulis.
3. Adanya larangan Rasul untuk menuliskan selain Al-Qur’an
Semuanya ini merupakan faktor yang menyebabkan tidak tertulisnya ilmu ini baik di masa Nabi maupun di zaman sahabat.
Di zaman Khalifah Utsman, wilayah Islam bertambah luas sehingga terjadi pembauran antara penakluk Arab dan bangsa-bangsa yang tidak mengetahui bahasa Arab. Keadaan demikian menimbulkan kekhawatiran sahabat akan tercemarnya keistimewaan bahasa Arab dari bangsa Arab. Bahkan kekhawatirannya akan terjadinya perpecahan di kalangan kaum muslimin tentang bacaan al-Qur’an selama mereka tidak memiliki sebuah al-Qur’an yang menjadi standar bagi bacaan mereka. Untuk menjaga agar tidak terjadinya kekhawatiran itu, disalinlah dari tulisan-tulisan aslinya sebuah al-Qur’an yang disebut Mushhaf Imam. Dengan terlaksananya penyalinan ini maka berarti Utsman etelah meletakkan dasar Ulumul Qur’an yang disebut Rasm al-Qur’an atau Ilm al-Rasm al-Utsman.
Di masa Ali terjadi perkembangan baru dalam ilmu al-Qur’an. Karena melihat banyaknya umat Islam yang berasal dari bangsa non-Arab, kemerosotan dalam bahasa Arab, dan kesalahan pembacaan al-Qur’an, Ali menyuruh Abu al-Aswad al-Duali (q. 69 H.) untuk menyusun kaidah-akidah bahasa Arab. Hal ini dilakukan untuk memelihara bahasa Arab dari pencemaran dan menjaga al-Qur’an dari keteledoran pembacanya. Tindakan Khalifah Ali ini dianggap perintis bagi lahirnya ilmu nahwu dan I’rab al-Qur’an.
Setelah berakhirnya zaman Khalifah yang Empat, timbul zaman Bani Umayyah. Kegiatan para sahabat dan tabi’in terkenal dengan usaha-usaha mereka yang tertumpu pada penyebaran ilmu-ilmu al-Qur’an melalui jalan periwayatan dan pengajaran secara lisan, bukan, bukan melalui tulisan dan catatan. Kegiatan-kegiatan ini dipandang sebagai persiapan bagi masa pembukuannya.
B. Keadaan Ilmu-ilmu Al-Qur’an pada Abad III H dan Abad IV H
Pada abad III H selain Tafsir dan Ilmu Tafsir, para Ulama mulai menyusun pula beberapa Ilmu Al-Qur’an, ialah:
1. Ali bin Al-Madani (wafat tahun 234 H) menyusun Ilmu Asbabun Nuzul.
2. Abu Ubaid Al-Qasim bin Salam 224 H menyusun Ilmu Nasikh wal Mansukh dan Ilmu Qiraat.
3. Muhammad bin Ayyub AL-Dhirris (wafat tahun 294 H) menyusun Ilmu Makki wal Madani
4. Muhammad bin Khalaf Al-Marzuban (wafat tahun 309 H) menyusun kitab Al-Hawi fi Ulumil Quran (27 juz).
Pada abad IV H mulia disusun Ilmu Garibul Quran dan beberapa kitab Ulumul Quran dengan memakai istilah Ulumul Quran dengan memakai istilah Ulumul Quran. Di antara Ulama yang menyusun Ilmu Garibul Quran dan kitab-kitab Ulumul Quran pada abad IV ini, ialah:
1. Abu Bakar Al-Sijistani (wafat tahun 330 H) menyusun Ilmu Garibul Quran.
2. Abu Bakar Muhammad bin Al-Qasim Al-Anbari (wafat tahun 328 H) menyusun kitab Ajaibu Ulumil Quran. Di dalam kitab ini, ia menjelaskan atas tujuh huruf, tentang penulisan Mushaf, jumlah bilangan surat-surat, ayat-ayat dan kata-kata dalam Al-Qur’an
3. Abul hasan Al-Asy’ari (wafat tahun 324 H) menyusun kitab Al-Mukhtazan fi Ulumil Quran
4. Abu Muhammad Al-Qassab Muhammad bin Ali Al-Karakhi (wafat tahun 360 H) menyusun kitab:
نكت القران الدالة علي البيان في انواع العلوم و الاحكام المنبئة عن اختلاف الانام
5. Muhammad bin Ali Al-Adwafi (wafat tahun 388 H) menyusun kitab Al-Istgna’ Fi Ulumil Quran (20 Jilid).
C. Keadaan Ilmu-ilmu Al-Qur’an pada Abad V dan VI H
Pada abad V H mulai disusun Ilmu I’rabil Quran dalam satu kitab. Di samping itu, penulisan kitab-kitab dalam Ulumul Quran masih terus dilakukan oleh Ulama pada masa ini.
Adapun Ulama yang berjasa dalam pengembangan Ulumul Quran pada abad V ini, antara lain ialah:
1. Ali bin Ibrahim bin Sa’id Al-Khufi (wafat tahun 430 H) selain mempelopori penyusunan Ilmu I’rabil Quran, ia juga menyusun kitab Al-Burhan Fi Ulumil Quran. Kitab ini selain menafsirkan Al-Quran seluruhnya, juga menerangkan Ilmu-ilmu Al-Quran yang ada hubungannya dengan ayat-ayat Al-Quran yang ditafsirkan. Karena itu, ilmu-ilmu Al-Quran tidak tersusun secara sistematis dlam kitab ini, sebab ilmu-ilmu Al-Quran diuraikan secara perpencar-pencar, tidak terkumpul dalam bab-bab menurut judulnya. Namun demikian, kitab ini merupakan karya ilmiah yang besar dari seorang Ulama yang telah merintis penulisan kitab tentang Ulumul Quran yang agak lengkap.
2. abu ‘Amar Al-Dani (wafat tahun 444 H) menyusun kitab Al-Taisir Fil Qiroatis Sab’I dan kitab Al-Muhkam Fi al-Nuqoti.
Pada abad VI H, di samping terdapat Ulama yang meneruskan pengembangan Ulumul Quran, juga terdapat Ulama yang mulai menyusun Ilmu Mubhamatil Quran. Mereka itu antara lain, ialah:
1. Abul Qasim bin Abdurrahman Al-Suhaili (wafat tahun 581 H) menyusun kitab tentang Mubhamatul Quran, menjelaskan maksud kata-kata dalam Al-Quran yang tidak jelas apa atau siapa yang dimaksudkan. Misalnya kata rajulun (seorang lelaki) atau malikun (seorang raja)
2. Ibnul Jauzi (wafat tahun 597 H) kitab Fununul Afnan Fi Ajaibil Quran
فنون الافنان في عجائب القران
Dan kitab Al-Mujtaba Fi Ulumin Tata’allaqu Bil Quran.
المجتبي في علوم تتعلق بالقران.
3. Abul Hasan Al-Asy’ari (wafat tahun 324 H) menyusun kitab Al-Mukhtazan fi Ulumil Quran.
4. Abu Muhammad Al-Qassab Muhammad bin Ali Al-Karakhi (wafat tahun 360 H) menyusun kitab:
نكت القران الدالة علي البيان في انواع العلوم والاحكام المنبئة عن اختلاف الانام
5. Muhammad bin Ali Al-Adwafi (wafat tahun 388 H) menyusun kitab Al-Istgna’ Fi Ulumil Quran (20 Jilid).
D. Keadaan Ilmu-ilmu Al-Quran pada Abad VII dan VIII H
Pada abad VII H, ilmu-ilmu AL-Quran terus berkembang dengan mulai tersusunnya Ilmu Majazul Quran dan terus tersusun pula Ilmu Qiraat. Diantara Ulama abad VII yang besar perhatiannya terdapat Ilmu-ilmu Al-Quran, ialah:
1. Ibnu Abdis Salam yang terkenal dengan nama Al-Izz (wafat tahun 660 H) adalah pelopor penulisan: Ilmu Majazul Quran dalam satu kitab.
2. Alamuddin Al-Sakhawi (wafat tahun 643 H) menyusun Ilmu Qiraat dalam kitabnya Jamalul Qurra ‘Wa Kamalul Iqra’,
3. Abu Syamah (wafat tahun 655 H) menyusun kitab Al-Mur-syidul Wajiz Fi Ma Yata’allaqu bil Quran.
المرشد الوجير فيما يتعلق بالقران
Pada abad VIII H, muncullah beberapa Ulama yang menyusun ilmu-ilmu baru tentang Al-Quran, sedang penulisan kitab-kitab tentang Ulumul Quran masih tetap berjalan terus. Di antara mereka ialah:
1. Ibnu Abil Isba’ menyusun Ilmu Badai’ul Quran, sesuatu ilmu yang membahas macam-macam badi’ (keindahan bahasa dan kandungan Al-Quran) dalam Al-Quran.
2. Ibnul Qayyim (wafat tahun 752 H) menyusun Ilmu Aqsamil Quran, suatu ilmu yang membahas tentang sumpah-sumpah yang terdapat dalam Al-Quran.
3. Najmuddin Al-Thufi (716 H) menyusun Ilmu Hujajil Quran atau Ilmu Jadalil Quran, suatu ilmu yang membahas tentang bukti-bukti/dalil-dalil (argumentasi-argumentasi) yang dipakai oleh Al-Quran untuk menetapkan sesuatu.
4. Abul Hasan Al-Mawardi menyusun Ilmu Amtsil Quran, suatu ilmu yang membahas tentang perumpamaan-perumpamaan yang terdpat di dalam Al-Quran.
5. Badruddin Al-Zarkasyi (wafat tahun 794 H) menyusun ktiab Al-Burhan Fi Ulumil Quran. Kitab ini telah diterbitkan oleh Muhammad Abul Fadl Ibrahim (4 juz).
Di masa Rasulullah saw dan para sahabat, Ulumul Quran belum dikenal sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri dan tertulis,
Di zaman khalifah Utsman, wilayah Islam bertambah luas sehingga terjadi pembauran antara penakluk Arab dan bangsa-bangsa yang tidak mengetahui bahasa Arab.
Dimasa Ali terjadi perkembangan baru dalam Ilmu Al-Quran. Karena melihat banyaknya umat Islam yang berasal dari bangsa non-Arab, kemerosotan dalam bahasa Arab, dan kesalahan pembacaan Al-Quran. Ali menyuruh Abu al-Aswad al-Dauli (wapat tahun 69 H). untuk menyusun kaidah-kaidah bahasa Arab.
Ulumul Quran memasuki masa pembukuannya pada abad ke-2 H. Para ulama memberikan prioritas perhatian mereka kepada Ilmu Tafsir karena fungsinya sebagai Umm al-Uum (induk ilmu-ilmu al-Quran) para penulis pertama tafsir dalam tafsir adalah Syu’bah Ibnu al-Hajjaj (w.160 H), Sofyan Ibnu ‘Uyaynah dan Wali ‘Ibnu al-Jarrah
Pada abad ke-3 lahir ilmu asbab al-nuzul, ilmu nasikh dan mansukh, ilmu tentang ayat Makkiah dan Madaniah, qiraat, I’rab dan istinbath.
Pada abad ke-4 lahir ilmu gharib al-Qur’an abad ke-5 lahir ilmu Amtsal Quran, abad ke-6 disamping banyak ulama yang melanjutkan pengembangan ilmu-ilmu al-Quran yang telah ada lahir pula ilmu mabhat al-Quran ilmu ini menerangkan lafal-lafal al-Quran yang maksudnya apa dan siapa tidak jelas
Pada abad eke-8 muncul ulama yang menyusun ilmu-ilmu tentang al-Quran, Ibnu Abi al-Ishba’ tentang badai al-Quran, yang membahas macam-macam, keindahan bahasa dalam al-Quran yang membahas tentang sumpah-sumpah al-Quran.
Pada abad ke-9, Jalaluddin al-Suyuthi menyusun dua kitab, al-Tahbir fi ‘Ulum al-Tafsir dan al-Itqan fil ‘Ulum al-Quran. Kedua kitab ini puncak karang-mengarang dalam ulum al-Quran setelah abad ini hampir tidak adalagi yang mampu melampui batas karyanya. Ini terjadi sebagai akibat meluasnya sifat taklid.
Sejak penghujung abad ke-13 H. sampai saat ini perhatian para ulama terhadap penyusunan kitab-kitab Ulumul Quran bangkit kembali. Kebangkitan ini bersamaan dengan masa kebangkitan modern dalam ilmu-ilmu agama lainny


C.    Muzizat Al-Qur’an.


1.      Unsur-Unsur  Mukjizat

M. Quraish Shihab dalam tulisan Rosihan menjelaskan empat unsur mukjizat, yaitu:
1.    Hal atau peristiwa yang luar biasa. Peristiwa-peristiwa alam atau kejadian sehari-hari walaupun menakjubkan tidak bisa dinamakan mukjizat. Ukuran “luar biasa” tersebut adalah tidak bertentangan dengan hukum alam, namun akal sehat pada waktu terjadinya peristiwa tersebut belum bisa memahaminya.
2.    Terjadi atau dipaparkan oleh seorang Nabi. Artinya sesuatu yang luar biasa tersebut muncul dari atau berkenaan dengan seorang Nabi. Peristiwa besar yang muncul dari seorang calon Nabi tidak bisa dikatakan mukjizat, apalagi dari manusia biasa seperti kita.
3.    Mengandung tantangan terhadap yang meragukan kenabian. Mukjizat terkait erat dengan tantangan dan jawaban terhadap orang-orang yang meragukan kenabian. Jadi peristiwa yang terkait dengan Nabi, tapi tidak berkenaan dengan kenabian tidak bisa dikatakan sebagai mukjizat.
4.    Tantangan tersebut tidak mampu atau gagal dilayani. Mukjizat merupakan tantangan terhadap orang-orang yang meragukan atau mengingkari kenabiaan dan mereka tidak mampu melayani tantangan tersebut. Oleh karena itu, kalau tantangan tersebut mampu dilawan atau dikalahkan, maka tantangan tersebut bukan lah bentuk mukjizat.
Keempat unsur tersebut menjadi syarat bagi peristiwa tertentu sehingga peristiwa ini bisa dinamakan mukjizat. Kalau salah satu unsur tersebut tidak ada, maka persitiwa itu tidak bisa dikatakan sebagai mukjizat. Untuk memahami esensi keempat unsur mukjizat tersebut, kita mesti memahami segi-segi kemukjizatan, khususnya kemukjizatan al-Quran.

2.      Segi-Segi Kemukjizatan al-Quran
Syeikh Muhammad Ali al-Shabuniy dalam tulisan Usman menyebutkan segi-segi kemukjizatan al-Quran, yaitu:
1.        Keindahan sastranya yang sama sekali berbeda dengan keindahan sastra yang dimiliki oleh orang-orang Arab
2.        Gaya bahasanya yang unik yang sama sekali berbeda dengan semua gaya bahasa yang dimiliki oleh bangsa  Arab
3.        Kefasihan bahasanya yang tidak mungkin dapat ditandingi dan dilakukan oleh semua makhluk termasuk jenis manusia
4.        Kesempurnaan syariat yang dibawanya yang mengungguli semua syariat dan aturan-aturan lainnya
5.        Menampilkan berita-berita yang bersifat eskatologis yang tidak mungkin dapat dijangkau oleh otak manusia kecuali melalui pemberitaan wahyu al-Quran itu sendiri
6.        Tidak adanya pertentangan antara konsep-konsep yang dibawakannya dengan kenyataan kebenaran hasil penemuan dan penyelidikan ilmu pengetahuan
7.        Terpenuhinya setiap janji dan ancaman yang diberitakan al-Quran
8.        Ilmu pengetahuan yang dibawanya mencakup ilmu pengetahuan syariat  dan ilmu pengetahaun alam (tentang jagat raya).
9.        Dapat memenuhi kebutuhan manusia
10.    Dapat memberikan pengaruh yang mendalam dan besar pada hati para pengikut dan musuh-musuhnya
11.    Susunan kalimat dan gaya bahasanya terpelihara dari paradoksi dan kerancuan.
Al-Mawardi dalam tulisan Hasbi ash-Shiddiqie menerangkan dua puluh hal yang menunjukan kemukjizatan al-Quran.
1.        Kefashahan al-Quran dan cara penjelasannya
2.        Keringkasan lapad al-Quran, tapi sempurna maknanya
3.        Nazham uslub-nya yang unik. Ia tidak termasuk ke dalam kalam yang ber-nadzam, tidak termasuk ke dalam syi’ar atau rajaz, tidak bersajak dan bukan pula bersifat khatbah.
4.        Banyak makna-maknanya yang tidak dapat dikumpulkan oleh oleh pembicaraan manusia.
5.        Al-Quran mengumpulkan ilmu-ilmu yang tidak dapat diliputi oleh manusia dan tidak dapat berkumpul pada seseorang.
6.        Al-Quran mengandung berbagai hujjah dan keterangan untuk menetapkan ketauhidan dan menolak i’tiqad-i’tiqad yang salah
7.        Al-Quran mengandung khabar-khabar orang yang telah lalu dan umat-umat purbakala.
8.        Al-Quran mengandung khabar-khabar yang belum terjadi, kemudian terjadi persis sebagaimana yang dikhabarkan.
9.        Al-Quran menerangkan isi-isi hati yang tidak dapat diketahui melainkan oleh Allah sendiri.
10.    Lafad-lafad al-Quran melengkapi jazal mustarghab dan sahl al-mustaqrab. Dalam pada itu, tidak dipandang sukar jazal-nya dan tidak dipandang mudah sahl-nya.
11.    Pembacaan al-Quran mempunyai khushusiyah dengan kelima penggerak yang tidak didapatkan pada selainnya. Pertama, kelembutan tempat keluarnya. Kedua, keindahan dan kecantikannya. Ketiga, mudah dibaca nadzam-nya dan saling berkaitan satu sama lain.Keempat, enak didengar, dan kelima, pembacanya tidak jemu membacanya dan pendengarnya pun tidak bosan mendengarnya.
12.    Al-Quran dinukilkan dengan lafad-lafad yang diturunkan. Jibril menyampaikannya dengan lafad dan nazham-nya. Rasul pun meneruskan kepada umat persis sebagaimana yang diterima dari Jibril.
13.    Terdapat makna-makna yang berlainan di dalam sesuatu. Yakni di dalam sesuatu surat itu kita mendapatkan berbagai rupa masalah. Kemudian masalah-masalah itu kita temukan di dalam surat-surat lain
14.    Perbedaan ayat-ayatnya, ada yang panjang dan ada yang pendek, tidak mengeluarkan al-Quran dari uslub-nya.
15.    Walaupun kita sering sekali membacanya, namun kita tidak dapat mencapai kepashahannya, karena al-Quran itu di luar tabi’at manusia.
16.    Al-Quran mudah dihapal oleh segala lidah.
17.    Al-Quran itu lebih tinggi dari segala martabat pembicaraan. Martabat pembicaraan terbagi tiga:
a.         Mantsur yang dapat dibuat oleh segenap manusia.
b.        Syi’ir yang hanya dapat disusun oleh sebagaian manusia
c.Al-Quran melampaui kedua martabat itu. Martabatnya tidak sanggup dicapai oleh golongan a dan b.
d.        Tambahan yang disisipkan atau pengubahan lafad-lafadnya dapat diketahui.
e.Tidak ada umat yang sanggup menentang al-Quran.
f.         Allah memalingkan manusia dari menentangnya.



 


BAB III
PENUTUP

I’jaz atau mukjizat al-Quran adalah eksistensi dan realitas al-Quran dalam mengalahkan beragam upaya orang-orang untuk meragukan atau mengingkarinya. Eksistensi dan realitas tersebut menjadi bagian dari studi al-Quran yang tidak henti-hentinya mengalami perkembangan.
Mukjizat terbagi menjadi dua, yaitu mukjizat material indrawi yang bersifat tidak kekal dan berlaku untuk jaman tertentu, dan mukjizat immaterial, bersifat kekal dan abadi, yang dapat dibuktikan sepanjang masa, dan berlaku sampai dunia ini berakhir.
Unsur mukjizat ada empat, yaitu hal atau peristiwa yang luar biasa, terjadi atau dipaparkan oleh seorang nabi, mengandung tantangan terhadap yang meragukan kenabian, dan tantangan tersebut tidak mampu dilayani.
Menurut Syeikh Muhammad Ali al-Shabuniy, segi-segi kemukjizatan al-Quran ada sebelas, sementara menurut al-Mawardi ada dua puluh. Segi-segi kemukjizatan tersebut saling berkaitan satu sama lain.
Ada lima faktor yang menyebabkan manusia tidak mampu menandingi al-Quran. Kelima faktor tersebut telah terbukti terjadi pada bangsa Arab dan akan selalu menjadi alasan sampai kapan pun mengapa manusia tidak akan mampu menandingi al-Quran.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar