MENGAPA TAKUT JADI SANTRI
Santri, istilah yang masyhur untuk orang yang masuk ke pondok pesantren. Banyak
orang yang menganggap santri itu gaptek, ketinggalan zaman, dan lain
sebagainya. Semua itu nggak benar. Di sini, saya Ahmad Arsyad Al-Faruqy, salah satu
dari sekian banyak santri dari Ponpes Manba’ul Hikmah Selogiri ingin menepis
semua anggapan buruk tentang santri. Baik yang dibilang gaptek, ketiggalan
zaman maupun anggapan miring lain.
“SANTRI GAPTEK”, anggapan itu salah total. Buktinya ? santri dari pondok
pesantren yang saya tempati sekarang ini. Di ponpes Manba’ul Hikmah ini, ada
sebuah lembaga pendidikan di jenjang SMP yang di beri nama SMP Nawa Kartika.
Semua siswa di SMP itu adalah santri dari ponpes Manba’ul Hikmah, namun
walaupun semua muridnya adalah santri, tetapi nggak ketinggalan dari SMP yang
siswanya buka santri. SMP Nawa Kartika yang semua siswanya adalah santri telah
meraih banyak prestasi. Di antaranya, juara 1 MTQ tartil dan tilawah Kabupaten
Wonogiri, juara 3 Tenis Meja Kabupaten Wonogiri, dan masih banyak lagi yang
nggak bisa saya sebutkan satu persatu. Semua siswa jeblosan SMP pondok ini juga
mahir mengoperasikan komputer maupun alat elektronik lain dan masih banyak
lagi.
Ada juga santri Ponpes Manba’ul Hikmah yang mengikuti program akselerasi di
jenjang SMA di SMA N 2 Wonogiri. Total 3 santri yang mengikuti program
tersebut, tetapi sekarang tinggal 2 orang karena yang satu orang telah lulus
dan masuk di IPB.
Ada juga santri jebolan Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang yang telah membuktikan
kepada dunia bahwa santri itu nggak gaptek maupun ketinggalan zaman. Beliau
adalah (Alm) KH Abdur Rahman Wahid atau yang terkenal dengan sapaan Gus Dur.
Walaupun beliau adalah jebolan pondok pesantren, tetapi beliau dapat membutikan
kepada dunia bahwa santri nggak gaptek dengan menjadi salah satu presiden
Indonesia.
Zaman sekarang, banyak orang yang nggak mau masuk ke pondok pesantren. Disini
pula saya ingin mengajak semua pembaca untuk masuk pesantren. Walaupun masuk
pesantren itu jauh dari orang tua, semua serba sendiri, tetapi masuk pesantren
itu menyenangkan. Semua pakerjaan dilaksanakan secara bersama-sama. Dari makan,
minum, bersih-bersih, dan lain sebagainya.
Kelihatannya memang susah bila masuk pesantren, semua pekerjaan dilakukan
secara sendiri, tetapi bila sudah terbiasa maka akan terasa sangat
menyanangkan. Di pesantren juga diajarkan bagaimana agar kita banyak sekali
ilmu, dari ilmu Al-Qur’an, hadits, dan ilmu sosial lain yang sama dengan
pengajaran di sekolah formal. Yang mana ilmu-ilmu tersebut akan sangat
bermanfaat bagi kita kelak di masa depan.
Banyak orang tua yang menginginkan anak-anaknya masuk ke pondok pesantren, itu
adalah suatu pilihan yang sangat tepat, karena anak yang masuk pesantren akan
menjadi orang yang lebih berguna di masa depan. Pada zaman sekarang ini,
apabila kita hanya memiliki modal akademis yang hebat tetapi tidak dibalut
dengan iman dan taqwa yang kuat pula, maka rusaklah kehidupan kita. Sebagai
contoh, Gayus. Dia adalah orang yang secara akademis oarang yang cerdas, tetapi
karena kurangnya iman dan taqwa dia menjadi seorang koruptor. Na’udzubillahi
min dzalik. Dan di pesantrenlah tempat pembinaan moral yang sangat baik yang
akan membina kita membentuk karakter kita dengan karakter yang mencerminkan
kuatnya iman dan taqwa. Agar kita kelak menjadi orang yang yang berguna dan
tidak menjadi orang yan merugikan untuk orang lain.
Seharusnya kita yang telah ditawari oleh orang tua kita untuk masuk pesantren,
kita mengikuti saran mereka. Sebenarnya mereka ingin anak-anaknya menjadi anak
yang nggak hanya cerdas dalam akademik, tetapi juga baik dalam akhlak, moral,
dan budi pekertinya. Mereka juga ingin anak-anak mereka menjadi anak yan sholeh
/ sholehah agar selamat hidupnya di dunia dan akhirat.
Jadi, masih takut menjadi santri?